70 tahun sudah Indonesia merdeka tapi masih saja kita terjebak dengan permainan binatang bernama SARA. Seruduk sana sini apalagi yang berkaitan dengan Kristen dan China. Lucunya, tanpa kita sadar ketika orang-orang yang notabene Kristen dan China mengharumkan nama Indonesia ramai-ramai kita turut berbangga. Coba lihat dari generasi Liem Swie King hingga Susi Susanti, Chris Jhon, dan terakhir Butet semua bilang itu Indonesia.
Kita seringkali
lupa dan mungkin saja
melupakansejarah bahwa sesungguhnya cikal bakal berdirinya negeri ini "dibantu" oleh negeri tirai bambu. Tidak percaya??
Tengok saja bagaimana Majapahit berdiri. Raden Wijaya dan pengikut setia ayahnya tak mungkin mengalahkan pasukan Kediri bila tidak ada "bala bantuan" pasukan tar-tar yang sebetulnya ingin menyerang Singosari yang telah menjadi Kediri. Benih baik itulah yang tertanam dan bertumbuh menjadi sebuah mahakarya dalam sejarah sebuah bangsa yang kini disebut Indonesia.
Ahok dalam perspektif kekinian layaknya pasukan Tar-Tar yang datang untuk menaklukan Jakarta yang penuh dengan lika-liku persoalan. Salah satu persoalan terbesar tentu saja pelanggaran HAM berat atas terbunuhnya etnis Tionghoa di era 1998. Alam seolah memilih Ahok untuk melakukan pemulihan. Ibarat pasukan Tar-Tar yang dikirim karena pelecehan terhadap utusannya.
Ahok seperti halnya pasukan Tar-Tar datang dari luar serta tak tahu menahu dan tak mau tahu dengan yang terjadi di Jakarta. Entah mafia parkir dan mafia-mafia lainnya. Yang dia ketahui misi utamanya menaklukan Jakarta. Dalam perspektif ini, Ahok akan melibas semua kejahatan demi perbaikan yang lebih baik karena telah dipilih dan dipercaya.
Kalau Ahok kini diserang dari sudut pandang gaya kepemimpinannya yang dianggap ~tidak santun~ boleh jadi ini juga rupa lain dari serangan pasukan Tar-Tar yang membombardir dan menguasai Kediri dengan penuh kekerasan. Ibarat pepatah," Di ujung rotan terdapat emas."
Pasukan Tar-Tar pun berhasil menyisahkan puing-puing tak berbekas kerajaan Kediri tapi itulah tunas yang mekar dalam nama Majapahit. Ahok pun mungkin menyisahkan puing-puing ketidakpuasan bagi mereka yang selama ini nyaman dalam kerajaan "Kediri" tapi sekaligus memekarkan tunas-tunas baru yang boleh jadi melebihi kebesaran "Majapahit" dalam rupa role model yang akan menjadi kebanggaan anak cucu kita kelak seperti halnya kita kini bangga pernah memiliki Majapahit.
Bila sejarah itu berulang dengan bentuk Dejavu dalam jubah yang lain. Seperti halnya pasukan tar-tar yang dikirim Kubilai Khan, Ahok usai ~"membantu"~menaklukan Jakarta akan diserang kembali oleh orang yang ~"dibantunya"~dengan penuh kecurangan dan kelicikan. Boleh jadi itu sudah terjadi dalam rupa perseturuan Ahok vs Gerindra atau mungkin akan terjadi dalam rupa perseturuan Ahok vs PDI-P nantinya.
Sekali lagi bila sejarah itu berulang!! Revolusi kepemimpinan sesungguhnya sedang terjadi. Ahok seperti halnya pasukan tar-tar merupakan bagian signifikan dalam perubahan besar yang akan menjadikan Indonesia jauh lebih besar dan dihormati.
Sekali lagi bila sejarah itu berulang, kita adalah generasi yang menjadi saksi lahirnya kebesaran bangsa atau boleh dikata kita adalah bagian dari generasi awal berdirinya "Majapahit Baru". Semoga....
Pada akhirnya, mari kita menikmati proses sebagai cara terbaik mensyukuri hasil. Toh, ini hanyalah catatan kusam tak berarti yang berasal dari puing-puing reruntuhan sejarah yang coba disandingkan dengan sejarah kedigjayaan yang pernah tercatat.
Bukankah waktu senantiasa berulang dari pagi, siang,sore, dan malam lantas kembali pagi??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar