Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Sabtu, 11 April 2020

Tuhan Sedang Membuat Garis Batas

"Tuhan sedang membuat garis batas." 

Ya....ulah manusia terlampau mengkhawatirkan dan Tuhan sedang membuat garis batas agar manusia menyadari bahwa Tuhan sungguh Maha Besar dan manusia sangatlah kecil dihadapan-Nya.

Tuhan sedang membuat garis batas agar manusia menyadari bahwa akal budi dan kehendak bebas yang diberikan Tuhan bukan berarti  sebebas-bebasnya mengeksplorasi kehidupan bahkan melampaui kodrati.

Tuhan sedang membuat garis batas yang tegas agar manusia menyadari bahwa kewenangan yang diberikan Tuhan untuk menjaga alam semesta disalahgunakan oleh manusia yang terlampau liar. Kiranya manusia menyadari bahwa alam semesta sedang tidak berkenan dengan cara manusia berinteraksi dengannya termasuk dengan -Nya.

Tuhan sedang membuat garis batas agar manusia dengan segala kepongahannya mampu merendahkan diri dihadapan Tuhan dan kembali membangun relasi secara pribadi dengan Tuhan untuk mengakui segala salah dan dosa yang selama ini dilakukan.

Tuhan sedang membuat garis batas agar manusia menyadari bahwa ada sistem semesta raya sangatlah komplex dan tanpa batas. Itu tidak bisa dibatasi oleh cara dan sistem manusia atau tidak bisa dilampaui seenaknya oleh manusia yang sangat terbatas.

Tuhan sedang membuat garis batas untuk tidak hanya memperingatkan manusia tetapi juga sekaligus menyelamatkan kehidupan semesta termasuk manusia dengan cara-Nya.  Bersyukurlah untuk hal tersebut karena Tuhan Maha Baik.


Tuhan sedang membuat garis batas dengan kasih sayang-Nya. Percayalah! Dengan garis batas ini, semesta raya sedang dipulihkan dari ulah manusia yang sedang dibatasi dan sangat terbatas.

Biarlah yang terjadi atas kehendak-Nya.

Syalom Aleichem,
💓

Rabu, 01 April 2020

WFH Tes Case Birokrasi

Work From Home (WFH) merupakan salah satu istilah yang belakangan keren sebagai salah satu bentuk rekayasa sosial demi mencegah penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Tahap pertama sudah berlangsung sampai tanggal 31 Maret 2020 dan diperpanjang dua pekan lagi hingga tanggal 21 April 2020 mendatang.

Tentang WFH ini, seorang teman kantor di sebelah meja kerja saya bilang begini," ini sekalian sebagai test case bagi Kementerian/Lembaga/Dinas/Instansi (K/L/D/I)."

"Tepat sekali," jawab saya.

Bukankah Smart Office merupakan rencana negara ini agar ASN bisa bekerja flexi job, flexi schedule, semua serba flexy, dan remote working. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas sejak tahun lalu melakukan kajian sistem penilaian ASN/PNS bekerja dari rumah. 

"Orang bilang work vacation. 3 bulan di Raja Ampat, 3 bulan di Bali, 3 bulan di Tana Toraja, sepanjang mereka bisa deliver," ujar Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa berharap penerapan kebijakan tersebut bisa ditetapkan segera.

Presiden Jokowi memang menginginkan birokrasi pemerintahan di periode kedua pemerintahannya bisa lebih ramping dan efisien, agar efektif dalam melayani seluruh kebutuhan masyarakat. Presiden menginginkan birokrasi kelas dunia di waktu mendatang.

Jadi, kembali ke rencana negara dan 'test case'. Dari 'test case' ini sebenarnya mudah bagi Bapenas atau Menpan RB sekaligus masyarakat menilai K/L/D/I mana saja yang sebenarnya sudah siap atau sudah mempersiapkan diri selama ini.

Indikatornya jelas, bila ada K/L/D/I yang sudah diminta Work From Home namun ASN atau pegawainya masih terlihat mondar-mandir ke Kantor menunjukkan bahwa K/L/D/I tersebut sebenarnya harus diakui memang belum siap dan selama ini tidak mempersiapkan diri sesuai visi Presiden. Entah itu karena sistemnya, entah itu SDM aparaturnya, dan lain sebagainya. Yang pasti tidak siap karena tidak menyiapkan diri menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Buntutnya, kala dibutuhkan untuk menjadi contoh/teladan melakukan rekayasa sosial di tengah upaya negara melawan penyebaran covid-19 dengan tetap di rumah tidak bisa dilakukan.

Pemandangan dua pekan awal WFH yang diberlakukan. Selain kita bisa melihat dan 'menguliti' sistem kerja yang dibangun selama ini, kita juga bisa merefleksikan seberapa penting tugas dan fungsi serta pelayanan kita dihadapan masyarakat selama ini. Sudah benarkah apa yang kita lakukan selama ini dan mengklaim sebagai melayani kebutuhan masyarakat? Atau kita sebenarnya tidak penting-penting sekali tapi bikin diri penting? Sehingga sampai pada situasi seperti saat ini, kita  kesulitan membuat skala prioritas terkait penting dan kepentingan yang menjadi semakin kabur.

Agar tidak menjadi takabur. Kiranya pasca pandemi virus covid-19, semua kita menyadari dan berikhtiar bersama untuk melakukan perubahan dan pembenahan. Inilah momen tepat untuk melihat kembali dan mulai merancang, menyiapkan, dan membangun sistem kerja yang menyesuaikan dengan perkembangan terkini yang bergerak ke birokrasi teknologi 5.0. 

Ini adalah momen tepat untuk berbenah. Perubahan merupakan cara terbaik sebelum kita digilas olehnya.Untuk itu, kita mesti berada dalam gerbong yang sama melesat bersama.

Semoga.😷


Selasa, 17 Maret 2020

Bencana Corona Butuh Kerja Sama

Memasuki Tahun 2020 tidak ada satu pun manusia yang berpikir akan ada wabah seganas Corona. Itulah misteri kehidupan. Dan diawal tahun seluruh dunia langsung dikejutkan dengan berita Covid-19 yang menghantam Wuhan, China. Kala itu, tak semua manusia merespons dengan serius. Bahkan masih ada yang berpikir bahwa virus itu biasa seperti halnya flu. Akh, paling juga sebentar. Bahkan masih banyak candaan karena belum mengenal virus yang satu ini.

Maret 2020, virus itu makin menggila bahkan bisa bermutasi sehingga lebih ganas dari sebelumnya di Wuhan. Dari tipe S menjadi tipe L. Bahkan yang terbaru masa inkubasinya bertambah menjadi 24 hari dan ciri-ciri terpapar juga semakin nyaris tak dikenali hingga membuat sejumlah negara 'lumpuh' karena kebijakan lockdown. WHO bahkan secara resmi mengeluarkan statement pandemi global.

Indonesia melalui Presiden RI, Jokowi pada Minggu, 15/03/2020 bahkan melakukan Conpress agar warga Indonesia melakukan social discanting yang pelajar/mahasiswa belajar dari rumah, pekerja bekerja dari rumah selama dua pekan. Ini juga diikuti dengan sejumlah surat edaran termasuk edaran Menpan dan sejumlah Kementerian/Lembaga serta Pemda.

Namun yang sangat disayangkan, apa yang disampaikan Presiden pada Conpress tidak ditindaklanjuti secara serius termasuk sekolah-sekolah dan Kantor di sejumlah wilayah Indonesia termasuk di NTT. Bahkan masih ada yang dengan busung dada melakukan kegiatan mengumpulkan banyak orang. Bukankah kegiatan kantoran atau sekolah merupakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang? Lalu posting di berbagai media sosial seolah-olah hebat dan tak tersentuh Corona. Bak Pahlawan.

Hey....anda sedang menunjukan betapa begonya anda dan sedang memperlihatkan bahwa anda sedang melakukan perbuatan melawan hukum. Tahukah anda, Presiden merupakan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Dengan status pandemi seperti saat ini dan anda masih tak menggubris imbauan Presiden sama halnya justru anda sedang tidak on the track sebagai pahlawan tapi justru karena kegilaan andalah maka virus ini makin menjalar dan merajalela kemana-mana. Perbuatan ini sangat tidak membantu negara dalam pencegahan dan penanganan Covid -19. Padahal sudah jelas semua unsur diminta untuk fokus pada hal ini. Bukan fokus pada yang lainnya. Apalagi bila anda ngaku sebagai aparatur negara sungguh naif. Anda sedang melayani penjalaran virus kepada masyarakat.

Sekali pun prosentase kematian 3% tapi ingat itu hitungan secara keseluruhan dan kebetulan karena secara jumlah Chinalah negara dengan masyarakat yang terpapar paling banyak. Sehingga angka China mendominasi hitungan. Tapi lihatlah per negara. Italia dan Indonesia bahkan berada di angka tingkat kematian yang sama  5 %.

Apa sich susahnya social discanting selama 14 hari sesuai imbauan? Memangnya dengan anda katakanlah "tidak bekerja" selama 14 hari di tengah pandemi global, masyarakat akan mendemo anda habis-habisan? Sepenting itukah pelayananmu di tengah masyarakat? Apakah dengan tidak bersekolah selama 14 hari para pelajar/mahasiswa seketika menjadi goblok? Cobalah untuk bijak dan merefleksikan kembali. Justru dengan tidak mentaati imbauan, anda sedang tidak melawan Covid-19 tapi justru menumbuh suburkannya di tengah masyarakat. Boleh jadi andalah pembawa virus itu ke pelosok negeri.

Itulah mengapa virus ini cara menghambatnya yakni karantina diri. Boleh jadi dengan social discanting inilah merupakan kesempatan bagi kita untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan supaya lebih khusyuk berdoa mohon ampun dan lebih dekat dengan keluarga saat menjalani social discanting. Sejenak lupakan duniawi.

Tapi kembali ketika Presiden sudah memerintahkan tetap saja masih banyak orang tak menghiraukannya terutama di NTT. Padahal mungkin dengan 14 hari kita khusyuk berdoa dan mohon ampun dengan berpuasa boleh jadi tulah ini akan lewat dari kita dan tidak membawa kita pada kehancuran.Terlepas dari segala teori-teori konspirasi yang berkembang.

Tahukah anda dengan 'kegilaan' yang sedang anda pertontonkan dengan tetap melakukan kegiatan anda sedang membunuh diri anda sendiri dan orang-orang terdekat anda? Masih mending bila yang korban cuma anda atau orang terdekat? Bagaimana bila menghampiri masyarakat yang katanya anda layani? Whats wrong with you? Sekali lagi ini bukan soal kepanikan tapi bagaimana kita bersama mencegah penyebaran. Justru dengan kegilaan yang sedang anda pertontonkan, anda sedang menciptakan ruang kepanikan di waktu mendatang.

Ini tentang mentalitas. Please...tinggalkan mentalitas Damkar yang datang hanya memadamkan api. Apakah harus menunggu kobaran api membesar dan kemana-mana hingga petugas damkar sudah kesulitan untuk padamkan api? Menunggu ada korban dan meluap hingga fasilitas kesehatan tak mampu menampungnya? Please...mari bangun mentalitas mencegah dari pada mengobati. Apalagi virus ini belum ada obatnya. Ini tentang mentalitas kepekaan dan kepedulian terhadap sesama manusia. Please...stop pergerakan anda! Karena anda sedang menjadi mata rantai penyebaran Covid-19 sekali pun mungkin anda memiliki DNA dengan sistem imun diatas rata-rata bahkan melebihi orang China, Italia, dan Israel. Tapi ketahuilah dengan 'berkeliaran'. anda tetap berpotensi membawa virus ini kemana-mana

Lalu, dengan begonya anda menjawab," mati dan hidup di tangan Tuhan."
Hey...tahukah kamu mati hidup memang di tangan Tuhan tapi kalau kau tahu bahwa racun berbahaya bukan berarti kau tetap mengkonsumsinya. Itu sama saja dengan kau mencobai Tuhan. Itulah mengapa Tuhan memberimu akal budi agar iman dan akal budi menjadi kombinasi yang membuatmu menjadi makhluk ciptaan-NYA yang paling tinggi derajatnya.

So, sadarkah anda akan hal ini? Siapakah anda? Anda adalah orang-orang 'hebat' teman Covid-19. Bedanya, bila Covid-19 tidak terlihat mata telanjang, anda seperti musuh yang kelihatan dan siap membunuh siapa pun kapan pun.

Stop! Bikin diri kebal virus. Marilah kita bangun kerja sama yang baik. Ikutilah protap dan protokol baku yang sudah ditetapkan. Guideline yang sudah disampaikan oleh Presiden. Bila Presiden anda tidak gubris lalu siapa lagi yang bisa anda ikuti. Stop pasang aksi gila. Ingat! Siapa menabur dia akan menuai.

Salam Waras dan Sehat,