Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Rabu, 13 April 2016

Malu Dong Sama Kucing

Prihatin! Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perilaku ibu-ibu zaman sekarang. Keprihatinan ini berangkat dari perilaku ibu-ibu zaman ini yang mencoba melawan kodrat mereka. Ya...secara kodrati para ibu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Tetapi kekinian zaman, para ibu tampaknya hanya ingin mengandung dan melahirkan dan enggan untuk menyusui. Kalau pun menyusui sebentar saja bahkan ada yang sama sekali enggan menyusui anak.
Banyak alasan yang dikemukakan tapi intinya bermuara pada penampilan. Ya...biar bisa tetap menjaga penampilan mereka agar bisa terus eksis di media sosial. Ini menyangkut terutama maaf!! Bentuk payudara agar tetap terlihat kinclong. Ups... Kadang alasannya terlalu dibuat-buat, takut ditinggal suamilah, air susu gak ada, dsbnya. Hmmm...memangnya kalau suami yang menyusui bentuk payudara jadi makin bagus?? (Hahahaaaa ..kadang disitu saya merasa lelaki menjadi tumbal).
Sungguh keterlaluan kalau hanya takut penampilan menjadi tidak menarik karena perubahan bentuk tubuh. Anak harus dikorbankan.
Sapi pun ditugaskan untuk menyusui anak. Susu sapi pun menjadi pilihan. Seolah-olah sapi mesti ikut bertanggung jawab karena terlibat dengan suaminya anak-anak.
"Toh, susu sapi juga anak saya bertumbuh seperti anak-anak yang lain tanpa merusak bentuk tubuh saya," begitulah mereka selalu berargumen. "Jangan samakan dulu dengan sekarang. Sekarang sudah banyak susu yang baik untuk pertumbuhan anak tanpa harus menyusui," jawab mereka beberkan alasan.
Padahal sudah banyak imbauan dan pesan-pesan tentang pentingnya memberikan Air Susu Ibu kepada bayi karena selain merapatkan hubungan batin antara ibu dan anak, ASI juga telah terbukti memiliki nutrisi yang sangat baik bagi perkembangan bayi terutama sistem imun tubuh sang jabang bayi.
Hebatnya, perilaku ibu-ibu gagal ASI ini justru datang dari kalangan berpendidikan. Hebatnya lagi, ketika anak mulai bertumbuh dan bersekolah justru ibu yang sama menyalahkan anak bila sakit-sakitan atau memiliki nilai rapor yang buruk. (Lupa ya....kalau anak itu dibesarkan oleh induk sapi) kenapa harus marah dan uring-uringan jika anak memiliki otak seperti sapi?
Apa yang dilakukan oleh para ibu terkini sebenarnya merupakan bukti bahwa para ibu 'Enggan ASI' tak mensyukuri kodrat sebagai seorang wanita yang sungguh mulia. Yang diberikan kekuatan dan kepercayaan dari maha kuasa sebagai 'makhluk pembawa kehidupan'. Saat mulai menulis tulisan ini beberapa malam lalu. Saya langsung disuguhi oleh pemandangan yang luar biasa didepan mata saya. Seekor induk kucing yang berusaha memindahkan anaknya satu per satu serta menyusui ketiga anaknya seperti gambar dibawah ini :
Itulah sebabnya, bila bertemu dengan ibu-ibu yang sedemikian rupawannya hingga tak berkenan memberikan ASI, katakan kepada mereka malu dong sama kucing. Masa kalah sama kucing!! Tul gak??

2 komentar:

  1. Setuju sekali pak gerald, kita tidak bisa mengharapkan seorang anak tumbuh dan sehat kalau awal dari kehidupan nya saja harus lebih berterimakasih kepada sapi bukan kepada ibunya, pemberian ASI hanya 6 bulan saja, bahkan bisa di simpan dan diberikan melalui dot kalau memang ibu nya termasuk wanita karir.. Mari kita dukung program universal pemberian ASI eksklusif 6 bulan!!

    BalasHapus
  2. Sip. Betul sekali apalagi kalau enggan memberikan ASI hanya karena sesuatu yang sebenarnya tidak urgen.

    BalasHapus