Gelaran Piala AFF suzuki cup 2016 usai sudah. Euforia yang melanda pecinta sepakbola nasional diharapkan tetap menyala di kemudian hari saat Timnas tampil.
Pertanyaannya, siapa pengganti arsitek Alfred Riedl? Agar euforia itu terus tumbuh dan lestari dalam lingkungan sepakbola nasional.
Menjawab pertanyaan ini tentu tidaklah mudah. Namun, untuk memudahkannya kita butuh parameter agar arsitek pengganti di Timnas senior Indonnesia bukanlah orang yang ditunjuk asal tunjuk tapi sudah memenuhi sejumlah parameter yang dapat diukur secara objektif.
Apresiasi pantas diberikan kepada Ketum PSSI, Edy Rahmayadi yang telah memberikan parameter yakni pelatih yang menangani Timnas senior mesti sudah pernah melatih 5 negara, memiliki prestasi atau pernah juara minimal di Asia.
Menyimak parameter yang diberikan oleh sang Ketum PSSI, tentu publik sepakbola nasional berharap menemukan sosok bermental juara dan mampu memberikan sentuhan berbeda bagi kualitas permainan Timnas.
Sejumlah nama pelatih yang sempat digadang-gadangkan media sebagai calon pelatih Timnas senior seketika satu per satu rontok karena tidak memenuhi kriteria yang disampaikan oleh Ketum PSSI.
Adanya kriteria, menurut saya baik agar ada standar yang tinggi demi mendapatkan kualitas yang baik pula. Namun, kriteria tersebut akan menjadi hambar ketika sang arsitek tak mengenal kultur sepakbola nasional. Nama besar dan reputasi sang arsitek bisa luluh lantak.
Saya berpikir bahwa siapa pun kandidat pelatihnya salah satu kriteria wajib yang mesti dipenuhi adalah mengenal kultur sepakbola nasional. Setidaknya, mesti pernah berkecimpung dalam sepakbola nasional. Jauh lebih bagus bila pernah berkompetisi di liga Indonesia apalagi pernah menjadi juara.
Terkait hal ini, saya kira dua sosok yang pantas diberikan kepercayaan untuk menangani timnas senior yakni untuk pelatih asing nama Jackson F. Tiago pantas diajukan dan untuk pelatih lokal yang memenuhi kriteria nama Rachmad Darmawan pantas diberikan kepercayaan.
Kedua sosok ini pantas mendapat reward atas berbagai prestasi yang sudah ditorehkan di kompetisi lokal. Keduanya juga sudah sangat mengenal karakter pemain Indonesia dengan baik. Keduanya juga boleh dikatakan merupakan pelatih dengan prestasi paling glamour untuk sepakbola nasional.
Saya yakin kemampuan kedua sosok ini untuk menjadi arsitek timnas senior akan mampu memberikan prestasi yang diharapkan. Memang keduanya sempat pernah diberikan tanggung jawab di timnas. Jackson dan RD pernah diberikan kepercayaan sebagai pelatih sementara untuk mengarungi sisa pertandingan timnas senior tahun 2013 silam. Khusus coach RD, beliau pernah mendapat kepercayaan untuk mengarungi laga timnas u_23 di ajang Sea Games sebanyak dua kali dengan keduanya memperoleh medali perak.
Keputusan berada di tangan PSSI yang sedang melangsungkan kongres. Saya berharap PSSI tidak salah mengambil keputusan dalam menentukan pelatih timnas senior agar di tahun 2017 setiap agenda pertandingan internasional dapat dimanfaatkan timnas senior untuk beruji coba bukan menunggu ada event baru melangsungkan uji coba.
Terkait hal ini, pemilihan pelatih timnas senior harus dipisahkan dengan pemilihan pelatih timnas u_23 yang akan dipersiapkan mengarungi Sea Games. Jangan sampai pelatih timnas senior dan u_23 disatukan karena hanya akan mengganggu konsentrasi sang arsitek dalam menyiapkan program pelatihan. Mentalitas paket hemat mesti dibuang jauh-jauh kalau menginginkan prestasi.
Semoga PSSI mengambil keputusan tepat demi kemajuan sepakbola nasional. Selamat berkongres.
Masih ada satu kandidat yang saya rasa terbaik.. karena meskipun blm berkecimpung di dunia perpelatihan tapi pengetahuan dan kemampuan membaca permainan dan taktik sudah setara pelatih piala dunia. Itu pengalaman yang saya alami ketika nonton piala dunia kurang lebih 10an tahun yang lalu. Apalagi sekarang? Tentu kemampuannya lebih meningkat. Lihat saja analisa2nya. Seringkali hampir tepat. Bukankan itu menandakan beliau berkemampuan? Dan anda sekalian pembaca tentu tau siapa yang saya maksudkan..
BalasHapusTerima kasih untuk atensinya. Jangan menyebar hoax apalagi fitnah.
Hapus