Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Kamis, 23 Maret 2017

Sabana Berbukit Di Tanah Sumba

Padang Sabana Berbukit-bukit  
Diatas Pelana, Mereka Berkelit
Bagai Beranda Di Kolong Langit
Lukisan Bukit Nan Indah, Mentari Pun Terasa Legit
Ini Tanah Sumba, Adat Berlaku Sengit

Ingin melihat padang sabana dengan perbukitan "sexy"?? Datang saja ke pulau Sumba, tepatnya Sumba Timur. Begitu kata teman saya campuran Flores-Sumba setengah berpromosi. Disana anda akan disuguhi pemandangan alami berbukit-bukit padang sabana nan indah.

Apa yang disampaikan teman saya tersebut bukanlah sebuah isapan jempol belaka ketika saya menghampiri Sumba Timur pada awal Maret dan diajak berkelana memanjakan mata melihat perbukitan "sexy".

Kira-kira baru belasan kilometer keluar dari Kota Waingapu menuju arah barat kita langsung disuguhi pemandangan perbukitan nan eksotis. Hamparan sabana berbukit-bukit tersebut bagai bangunan alami berwarna hijau yang membentuk sebuah lanskape yang cantik. Untuk mendapatkan pemandangan yang bagus, ada baiknya kita mendaki sebuah bukit yang tinggi sehingga bisa melihat lebih menyeluruh perbukitan "sexy" tersebut.

Teman saya pun mengajak kami untuk turun dari mobil untuk mendaki sebuah bukit melewati sebuah perkampungan tepatnya di daerah Waerinding. Lumayan membuat otot betis dan paha bekerja extra.


Dengan napas yang sedikit terengah-engah setelah berupaya meraih puncak bukit. Saya langsung terperanjat dengan pemandangan didepan saya. Hamparan sabana nan luas berbukit-bukit tampak bagai lukisan alam yang sungguh menggoda. Apalagi kala itu jelang sore sehingga kombinasi gumpalan awan dan langit yang cerah menambah kesan artistik dari alam Sumba. Tanpa menunggu lama, langsung saja tanpa peduli saya jepret sekeliling.

Ada bukit yang menyerupai seorang yang sedang tidur dan disebut masyarakat Waingapu dengan bukit Buddha karena tampak bagai sebuah patung Buddha yang sedang berbaring menengadah keatas langit. Ada pula bukit yang menyerupai bangunan candi-candi kecil dan ada bukit berundak-undak ala film teletubies. Ada juga bukit yang menyerupai punggung kuda.






Lanskape perbukitan ala Sumba ini tampak indah bila dikunjungi pada awal tahun dan masih dalam musim penghujan. Pasalnya, perbukitan tersebut tampak hijau. Berbeda nuansanya bila anda datang di musim kemarau  karena wajah perbukitan tersebut tentu saja berubah warna menjadi coklat kehitaman.

Satu keunikan bukit-bukit di Sumba yakni tak ada satu pun pohon yang tumbuh mengelilingi bukit. Sehingga bila anda salah melangkah, maka tak ada ampun pasti langsung terperosok ke dasar jurang. Alamak!

Bukit tempat kami ber-foto ria adalah salah satunya. Saya tidak membayangkan bila saya salah melangkah dan harus bermain prosotan dari puncak bukit menuju dasarnya. Uuuufffttthh...

Melihat barisan bukit tersebut, saya sepakat dengan salah seorang teman yang tiba-tiba memiliki ide jika dibuat olahraga paralayang tentu sangatlah menarik. Apalagi bukit tempat kami menikmati pemandangan tersebut udaranya begitu segar dan sejuk sehingga pas untuk menikmati olahraga paralayang.

Sayang seribu sayang, ide sekaligus bayangan tentang olahraga paralayang di atas perbukitan Sumba hanya sebatas pembicaraan yang tertiup angin diatas langit Sumba. Kami pun tertawa lepas sembari menikmati perjalanan pulang kembali ke Hotel tempat kami menginap di Waingapu.

Perlahan langit mulai gelap menenggelamkan pemandangan hamparan bukit-bukit sexy. Kopi Sumba plus kue pia khas Sumba disertai kacang Sumba menjadi suguhan sore jelang malam sebelum kami menikmati ikan bakar ala Sumba di pelabuhan laut yang disulap menjadi tempat makan dan melepas penat warga Waingapu.

Malam itu, dibawah temaram bulan samar-samar kulihat ringkikan kuda Sandlewood berkeliaran diatas perbukitan sexy Sumba. Anak kecil dengan tawa riang terus memacu sang kuda melaju. Parang di pinggang tampak bergoyang mengikuti liukan kuda sebagai sebuah ritual adat yang masih terus terjaga. Ups...lamunanku senyap seketika ketika teman saya berbisik,"Mari pulang."

5 komentar:

  1. Mari pulang sudah GW, jangan terlalu lama di sumba sonde baik, bisa kena nitu ko apa tuh nanti, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jang begitu pak dokter. Sumba sungguh eksotis dan pantas untuk dinikmati sebagai salah satu pesona dari bumi Flobamora

      Hapus
  2. Mantap om tks atas tulisan dan promosinya...#Rinduku pada sumba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Om Frits untuk alam Sumba dan sudah memfasilitasi sehingga bisa menikmati bukit2 sexy. Heheheheeee...

      Hapus