Seorang bapak paruh baya berpenampilan neces, berkaca mata hitam, menenteng tas kecil tampak tergopo-gopo berlari kecil menerobos barisan antrian. Ibu muda dalam barisan yang diserobot dengan nada kesal mengatakan pada si bapak," antri dong! Asal main serobot aja." Tanpa merasa bersalah dan malu si bapak tadi cuma bilang,"sorry ya...saya buru-buru. Lagian tempat duduk saya disitu," kata si bapak berkaca mata hitam menunjuk ke arah tempat duduknya. ”Gak masalah juga lha...masa saya harus dari belakang," sambung si bapak enteng tanpa beban. Tampak si ibu muda menunjukkan wajah menggerutu tapi tak mau meladeni si bapak lebih lanjut.
Rekaman peristiwa dan percakapan ini terjadi di ruang tunggu bandara saat boarding time. Saya yang berada tepat di belakang si ibu muda tersebut ikutan tensi, rasanya pengen nonjok si bapak yang berlagak super. Memangnya dia buru-buru naik pesawat, otomatis dapat tempat paling depan dekat pilot?atau karena buru-buru walaupun kita satu pesawat dia sampai lebih dahulu? Hmmm...dasar si bapak. Untungnya, ada teman saya yang ikutan menenangkan saya dengan banyolannya,"tenang bro...dia buru-buru mau ke neraka." Kita pun tertawa bareng melihat tingkah dan pola si bapak.
Entahlah...budaya antri begitu sulit dilakukan di Republik ini. Fatalnya, di banyak kesempatan justru dilakukan oleh orang-orang yang notabene adalah kaum terpelajar dan dari kalangan menengah keatas serta dilakukan oleh orang-orang tua yang sepantasnya menjadi suri teladan. Hingga akhirnya ”gagal antri" sering dilakukan dan dianggap biasa saja. Toh, pasti ada permisif dari barisan yang diserobot.
Budaya "Gagal Antri" ironisnya, bahkan terjadi juga di tempat sakral seperti rumah ibadah. Bukan hanya saat masuk dan keluar tempat ibadah tapi juga terjadi dalam proses ibadah. Kebetulan saya Katolik, seringkali saya mendapati orang-orang yang begitu tergopo-gopo hingga nekat melintasi barisan antrian tanpa merasa bersalah demi mendapat kesempatan terlebih dahulu untuk mendapatkan Hosti Kudus. Padahal baru saja mendengar sabda Tuhan tentang kesabaran. "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran." (Kol 3:12) . Eh...malah menjadi orang yang paling tidak sabar dan tidak ada kerendahan hati.
Kebiasaan malas antri akhirnya terbawa dalam seluruh proses hidup orang Indonesia. Tak mengherankan, bila kita berjumpa dengan lalu lintas yang semrawut karena kebiasaan enggan antri di seluruh pelosok negeri ini. Asal main serobot, tak mau mengalah, potong jalur, berusaha saling mendahului layaknya pebalap yang mengejar piala menjadi pemandangan lumrah. Herannya, tak ada satu pun orang Indonesia yang menjadi pebalap motoGP. Yang ada dalam lintasan F1 pun konon katanya melalui proses bayar membayar yang harganya selangit. Luar biasa!!
Dalam karir pun segala cara dihalalkan untuk saling mendahului tanpa mau mengikuti proses "antri". Prinsip," kalau bisa duluan kenapa menjadi terbelakang," sayangnya dipakai dalam konteks yang membahayakan sesama. Hingga pada akhirnya justru bukan membawa keselamatan tetapi membawa malapetaka.
Fatalnya, yang paling parah serta seringkali kita lakukan tanpa pernah kita sadari adalah ketika membaca pun kita tak sabar untuk masuk dalam antrian semestinya. Kata demi kata dari paragraf pertama hingga paragraf terakhir sering kita abaikan untuk terburu-buru menyelesaikan bacaan. Akibatnya, jelas apa yang terekam dalam memory kita tak sepenuhnya memahami maksud dan tujuan sebuah tulisan. Akhirnya, banyak interpretasi yang menyimpang karena saraf otak yang tak beraturan.
Pada akhirnya, semoga anda membaca tulisan ini dengan budaya antri agar bisa memahami makna antri sesungguhnya dan mengamalkannya dalam perbuatan sehari-hari. Ingat, ketika anda menerobos antrian sebenarnya anda meminta orang-orang dalam barisan antrian untuk mengirimkan anda doa-doa terburuk bagi Anda berupa sumpah serapah dan caci maki. Apalagi bila anda salah menginterpretasikan sebuah tulisan hanya gara-gara 'gagal antri' dapat dipastikan anda adalah orang yang terburu-buru menuju neraka karena mengirimkan informasi menyesatkan kepada sesama. Maklum di neraka tak ada aturan yang ada hanya hukuman. Berbeda jika niat anda ke surga karena di surga tempatnya orang-orang benar yang taat aturan. Antri adalah bagian dari keteraturan tersebut dan hanya dilakukan oleh orang-orang benar.
Antri yuk! Apa sich susahnya antri? Selamat menjelang Hari Raya Paskah. Bukankah misteri Paskah merupakan buah dari kemurahan Tuhan karena kesabaran, kerendahan hati Tuhan demi menebus umat manusia yang serakah dan tanpa belas kasih??
Waduh mantap kaka ju Gw, emang kadang kita di serobot seenaknya, tapi daripada perpanjang masalah lebih baik biarkan aja, toh hanya beda 1-2 menit, kecuali keterlaluan...mantap utk sharing pengalaman nya bro!
BalasHapusTerima kasih atas atensinya
HapusTetap berkarya semoga karya2 nya ikut membantu revolusi mental bangsa indonesia ini :)
BalasHapusTerima kasih cep atas dukungan dan atensinya. Tetap berkarya. Asyik....Maju terus Indonesiaku
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus