Bisakah Anda sehari saja tidak menggunakan HP? Bersyukurlah bila Anda sanggup melakukannya tetapi bila tidak, maka Anda sebenarnya adalah orang yang telah terjerembab dalam hukum kewajaran. Hukum yang menganggap kebiasaan dan kecenderungan publik merupakan hal yang wajar karenanya akan terlihat aneh dan tidak wajar bila Anda berseberangan.
Pernah seorang atasan saya kelabakan bukan main hanya karena HPnya ketinggalan. Takut kalau-kalau dikontak sama Bigboss. Pernah juga teman saya kepikiran karena HPnya ketinggalan di rumah. Setelah 6 jam berlalu, mereka pun kembali mengambil HP untuk digunakan seperti biasanya. Lantas, saya bertanya kepada kedua orang tersebut apakah selama 6 jam tersebut ada yang menelpon mereka atau mengirimkan SMS dan pesan penting melalui media sosial? Mereka menjawab tidak ada! Dalam hati saya bergumam, terus kenapa lu berdua tadi seperti kehilangan orang tua? Dan seolah2 dunia telah kiamat?
Pengalaman diatas mungkin kita pernah juga melakukannya bukan? Padahal kalau dipikir-pikir tak penting-penting amat. Toh, dengan tidak menggunakan HP, bila benar-benar orang memerlukan kita, pastilah orang tersebut mendatangi kita. Nah, disitulah sebenarnya ada interaksi sosial yang disebut silahturahim. Ini sebenarnya hakikat dari sebuah bangunan sosial hubungan antar manusia. Yang terjadi hari ini, kita tanpa sadar tak lagi saling mengunjungi sekalipun berada satu kota bahkan se-kantor karena hubungan sosial melalui teknologi.
Kalau dipikir-pikir lagi, seandainya kita tidak menggunakan HP, tentu kita tidak akan memposkan budget tersendiri. Bila dihitung-hitung telah banyak uang yang kita hamburkan untuk alasan kebutuhan sosial padahal boleh jadi dapat kita gunakan atau sisihkan untuk keperluan yang lebih urgen dalam hidup kita.
Tapi ya..tetap saja kita sulit melakukannya karena alasan bahwa hal tersebut merupakan kebutuhan primer. Apakah benar bila kita tak menggunakan HP berhari-hari kita sekarat dan mati?tidak juga khan.
Tapi itulah realitas terupdate yang telah menyeret kita kepada kecenderungan menjadi hamba teknologi atas nama kebutuhan sebagai makhluk sosial. Itulah sebabnya, perkembangan teknologi yang sedemikian pesat pada umumnya menghadirkan berbagai jenis produk yang bermuara pada hubungan sosial antar sesama manusia secara global dan disebut media sosial. Ada Facebook, Twitter, Line, Instagram, Path, dll. Sayangnya, tujuan tersebut tak berhasil karena ikatan emosional didunia nyata terlalu kuat untuk disingkirkan oleh pertemanan baru di dunia Maya. Bukankah 90% teman kita di dunia Maya adalah yang kita kenal di dunia nyata?
Tak ada yang salah dengan kemajuan teknologi karena hakikatnya, teknologi merupakan solusi guna membantu pekerjaan manusia dan memudahkan manusia.Namun, sekali lagi kita tak menyadari bahwa akhir-akhir ini kehadiran media sosial telah menjadikan kita sebagai manusia password. Kita menambah beban dalam otak kita hanya untuk menimbun tumpukan password demi eksistensi kita pada beragam media sosial sehingga akhirnya kita malah lupa mengingat nama tetangga sebelah rumah kita hanya karena space dalam otak kita telah penuh dengan password.
Mungkin Anda akan mengatakan kepada saya, akh..belagu lu memangnya lu gak pakai teknologi? Lu gak pakai HP?
Ups...ok! Anda sepenuhnya benar. Saya juga salah seorang yang terjebak dalam hukum kewajaran. Yang juga menggunakan HP. Namun, saya juga mulai belajar meninggalkan mentalitas hamba pada teknologi seperti HP dan mulai belajar memakai mentalitas Tuan atas teknologi.
Bahwa tak ada pulsa berhari-hari, tak eksis berhari-hari di medsos, bahkan HP saya off berhari-hari bukanlah persoalan penting. Mungkin karena saya memang bukanlah orang yang penting tetapi saya orang yang sangat-sangat penting.
"Bertemu dan bercengkrama antar sesama dengan saling mengunjungi terkadang jauh lebih penting daripada sekedar say hello dan basa-basi di dinding kemajuan teknologi yang penuh dengan realitas kreasi yang tidak penting-penting sekali."
Bukankah begitu teman?
Tut...tut..tut
Ups...HP saya lowbat dan mesti off. Sorry, kalau benar-benar Anda membutuhkan saya datanglah temui saya. Toh, kita bisa ngopi dan ngakak bareng. Melihat rumah saya, orang tua saya, istri serta anak-anak saya. Siapa tahu Anda bisa membantu saya atau mendapat inspirasi dari kunjungan Anda kepada saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar