Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Jumat, 01 April 2016

Kepergian Cruyff dan Harapan Yang Tertunggak



"Sampai batas tertentu, saya mungkin abadi." ~Johan Cruyff~


Sepakat Cruyff! Namamu tercatat abadi dalam buku sepakbola. Sepakbola pantas berterima kasih kepadamu. Kau telah mewariskan hal yang dibutuhkan untuk keberlangsungan sepakbola.

Ungkapan belasungkawa dari seluruh pegiat sepakbola seantero jagad merupakan gambaran betapa Cruyff sangat berpengaruh dalam perkembangan si kulit bundar. Sepakbola diantarnya pada level yang sebenarnya sehingga tetap enak ditonton hingga saat ini. Kalau saya bilang, "Cruyff adalah bapaknya filsuf sepakbola."

Kepiawaian Cruyff mengolah si kulit bundar tak ada yang membantahnya. Deretan prestasi individu maupun tim telah diraihnya ketika menjadi pemain. Kehebatan Cruyff meracik tim pun tak ada yang menyangkal bahwa ia adalah salah satu yang terbaik di eranya. Ragam gelar yang telah disematkan membuktikan bahwa jiwa kepemimpinan Cruyff sebagai pelatih pantas diberikan acungan jempol. Cruyff seperti terlahir untuk sepakbola.

Mentalitas juara terlihat dari ungkapan Cruyff, "Sebenarnya saya tidak pernah membuat kesalahan, karena perlu upaya yang sangat besar bagiku untuk membuat sebuah kesalahan."

Benar Cruyff mungkin butuh 1001 alasan untukmu membuat kesalahan. Sayangnya, 1001 alasan itulah yang membuat harapanmu tertunggak. Setidaknya sampai engkau menutup buku kisah hidupmu di dunia.

Ketika itu, engkau telah memberikan secercah harapan saat laga baru berlangsung 5 menit dan timmu telah unggul berkat aksimu. Sayang, harapan itu sirna ketika wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Namamu mendunia, Total Football yang kau usung ikut mendunia namun dunia hanya memberi gelar " Juara Tanpa Mahkota".

Empat tahun berselang, harapan itu kembali muncul. Sayang Cruyff, engkau membakar harapanmu sendiri karena memilih untuk tidak terlibat. Padahal, jika saja engkau terlibat mungkin hasilnya berbeda. Mungkin saja. Walaupun akhirnya, dunia tahu bahwa engkau diancam dibunuh bila terlibat di tahun yang boleh dibilang tahun emas dalam karirmu sebagai pemain.

Harapanmu kembali hadir ketika para juniormu berhasil menaklukan tanah Bavaria 1988. Kala itu, sebagian besar juniormu menginginkan dirimu memimpin mereka mengarungi kerasnya tanah kediaman para Paus mewujudkan harapan yang tertunggak. Lagi dan lagi, harapan itu sirna terbakar dan tak terbayar. Engkau tak memimpin mereka.

Engkau sendiri bilang,"Kualitas tanpa hasil tidak ada artinya. Hasil tanpa kualitas membosankan."

Selamat jalan Cruyff,
Semoga dari surga sana, engkau boleh tersenyum karena melihat kualitas kebanggaanmu Total Football mendapatkan hasil untuk membayar harapan yang tertunggak semasa hidupmu.

Pada akhirnya, benarlah apa yang kau katakan,"Lebih baik tenggelam dengan pandanganmu sendiri daripada bersama orang lain dan setiap kerugian memiliki keuntungan."

Kini, warna Oranje seperti sedang tak bercahaya dan tampak suram karena tak terlihat pada gemerlap panggung negeri menara Eiffel. Namun, kau telah pergi untuk selamanya. Tapi, kita sama Cruyff. Sama-sama tenggelam dalam pandangan sendiri bahwa Total Football adalah esensi dari sepakbola dan meyakini bahwa ada keuntungan dari kerugian itu.

Soal harapan yang tertunggak. Biarlah waktu memberi jawabnya.

Salam hormat untukmu Cruyff.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar