Adalah Louis Zamperinni sang empunya kisah. Pria imigran asal Italy yang lahir dan bertumbuh menjadi orang Amerika sejati.
Di usianya yang relatif masih sangat muda, Louie telah menunjukkan bakatnya di dunia lari hingga mengantarnya ke Olimpiade 1936 mewakili Amerika Serikat saat masih di bangku SMA.
Walaupun belum mendapat medali, keikutsertaannya di Olimpiade menjadi buah bibir ketika itu. Louie pun semakin bersemangat untuk terus mengasah kemampuan larinya dengan harapan dapat meraih medali di Olimpiade berikutnya yang sedianya dilaksanakan di Tokyo 1940. Sayang, takdir berkata lain.
Pecah perang dunia II membuat Louie banting setir menjadi prajurit angkatan udara Amerika Serikat. Ia pun menjadi salah seorang prajurit yang terlibat dalam Perang Pasific.
Suatu ketika dalam sebuah tugas misi penyelamatan, pesawat yang ditumpanginya terjun bebas ke dalam lautan Pasific. Beruntung Louie selamat!
Bersama dua orang rekannya, Louie bertahan terapung diatas sekoci. Mencoba menghadapi ujian maha berat tanpa makanan dan minuman. Louie saat itu hanya bisa menatap langit dan bersumpah dalam hati jika Tuhan menyelamatkannya, dia akan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan.
47 hari lamanya Louie bersama Phil rekannya terombang-ambing dihempas gelombang dan badai lalu harus menghadapi serangan hiu serta sempat menghadapi tembakan pesawat tempur Jepang. (Salah seorang rekannya tak bertahan dan wafat).
Hingga suatu pagi Louie bersama Phil temannya berhasil mendarat di Pulau Marshall dan ditangkap para tentara Jepang. Penderitaan belum berhenti! Louie memasuki babak baru penderitaan.
Ditahan di kamp tawanan, Louie harus mendapatkan penyiksaan yang luar biasa secara fisik di Kwajalein Attol selama 42 hari. Namun, itu baru awal karena selanjutnya, Louie pun dipindahkan ke kamp tawanan Ofuna. Selanjutnya, terus berpindah ke kamp Tokyo's Omori dan Kamp tawanan perang Naoetsu.
Kekejaman komandan kamp tahanan, Watanabe yang terus menerus "mengincarnya" secara brutal selama berada di kamp tahanan tak membuatnya menyerah untuk terus berusaha bertahan hidup hingga perang usai.
Sekembali ke Amerika, pada tahun 1950 Louie sempat kembali mengunjungi Tokyo dan mengampuni para pelaku kejahatan perang yang dulu menyiksanya secara brutal. Bahkan, ia berusaha untuk bertemu dengan Watanabe untuk memaafkan sang komandan yang begitu jahat terhadapnya namun Watanabe enggan karena malu bertemu dengannya.
Menjelang usianya 81 Tahun, Louie mendapatkan harapannya saat masih muda dulu untuk terlibat dalam Olimpiade Jepang walau hanya sebagai pelari pembawa obor Olimpiade.
Kisah Louie Zamperinni mengajarkan kepada kita tentang sebuah bentuk kepasrahan kepada Tuhan. Kadang untuk mendapatkan impian hidup kita membutuhkan banyak pengorbanan dan perjuangan.
Di dunia saat ini, seringkali kita terlanjur bermental instan sehingga mengabaikan segala proses dan cenderung rapuh ketika dihadapkan pada sebuah masalah.
Segala bentuk penderitaan yang dialami Louie tak membuatnya putus asa dan menyerah begitu saja untuk terus bertahan. Ia percaya, Tuhan akan membantunya dan ia mengganjar hidupnya dengan melayani Tuhan. Janji/sumpah itu ditepatinya. Berbeda dengan kita yang hidup di zaman ini, seringkali begitu cepat menyalahkan Tuhan dan putus asa. Lalu dengan cepat menyelesaikan penderitaan secara instan dengan mengakhiri hidup.
Hidup hanya sekali. Hidup harus diperjuangkan kawan!
Dari Louie kita belajar bahwa hidup milik Tuhan seutuhnya. Bahwa ada berbagai peristiwa yang membawa kita kepada begitu banyak persoalan adalah proses menuju tujuan yang ditentukan Tuhan.
Bahwa ada orang-orang seperti 'Watanabe' dalam hidup kita hanya merupakan soal ujian yang harus diselesaikan. Mengampuni mereka adalah kebahagiaan tersendiri bagi hidup kita.
Toh, pada akhirnya Louie memperoleh impiannya masa muda menjadi pelari di Olimpiade Tokyo.
Pilihan ada di tangan kita. Bila kita tidak percaya, maka kita menyebutnya mustahil. Tapi bila kita percaya, maka akan menyebutnya Mujizat itu nyata.
Yakinlah, yang terbaiklah yang diberikan Tuhan dalam hidup kita.
Refleksi yang bagus , karena hidup itu adalah anugerah dari Tuhan, bila kita mengakhirinya berarti tidak menghargai anugerah itu.. kalau hidup tidak ada masalah maka bukan hidup jadi mari syukuri hidup ini
BalasHapus