Menu
Animated Buttons - "Pressed Effect"
... !doctype>!doctype>Slideshow
Automatic Slideshow
Change image every 3 seconds:
1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur
Minggu, 05 Juni 2016
Pesimis Untuk PSSI
Sepakbola Indonesia telah bebas dari hukuman FIFA. Diharapkan dengan bebas dari hukuman, sepakbola Indonesia dapat berbenah dan berbicara setidaknya di level ASEAN.
Harapan itu wajar diapungkan ke permukaan mengingat banyak pemain muda Indonesia kini bermunculan dan secara individual memiliki kemampuan yang aduhai. Namun, seperti yang sudah-sudah bekal kemampuan individu saja tentu bukanlah jaminan akan meraih prestasi melainkan hanya sebagai modal yang baik untuk merengkuh prestasi.
Untuk itu, demi mewujudkan mimpi pecinta bola Indonesia sebagai raja ASEAN, PSSI selaku otoritas mestinya bergerak cepat menyiapkan berbagai strategi dan keperluan demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga. Tentu yang utama adalah menyiapkan dengan baik Timnas Indonesia mengingat kompetisi major sudah didepan mata. Ya... AFF Cup bulan Desember ini sudah digelar.
Langkah awal yang mesti cepat diambil adalah menentukan siapa pelatih kepala Timnas mengingat waktu yang tersisa cuma 6 bulan itupun belum terpotong dengan agenda liga yang lumayan padat plus sebulan puasa dan jadwal ujicoba internasional.
Melihat waktu yang semakin mepet, PSSI mestinya bergerak cepat menentukan siapa nahkoda Timnas Indonesia agar bisa menyusun program yang sekiranya dapat meningkatkan performa Timnas saat beraksi di AFF, Desember nanti. Ini tentu saja berkaitan dengan agenda ujicoba Timnas yang mesti dibuat sesuai program sang pelatih kepala.
Melihat betapa lambatnya PSSI menentukan pelatih kepala serta tak adanya Direktur Teknik yang mumpuni, rasanya harapan para pecinta bola Nasional tinggal harapan.
Harapan untuk melihat Timnas Indonesia meraih gelar rupanya masih sebatas mimpi bila melihat kinerja PSSI saat ini yang konsentrasinya justru lebih fokus membenahi konflik internal dimana sang nahkoda PSSI terjebak kasus korupsi.
Apalagi yang cukup mengganggu dan membuat kita mengernyitkan dahi adalah proses penentuan pelatih Timnas senior yang katanya melalui tahapan penjabaran program herannya juga melibatkan politisi Senayan. Hubungannya apa ya...mantan pemain bukan, mantan pelatih juga bukan, dan mantan wasit juga bukan. Sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawakan secara terbahak-bahak sekaligus membuktikan bahwa PSSI belum se-profesional yang diharapkan.
Jika tembang lawas terus dikumandangkan tanpa ada sentuhan gubahan yang baru, maka seperti yang sudah-sudah, Timnas kebanggaan masyarakat Indonesia hemat saya belum mampu memberikan yang terbaik bagi para suporternya karena manajemen Timnas yang sampai saat ini tidak jelas alias amburadul.
Maaf!! Membentuk tim yang kompak dan memiliki kekuatan yang seimbang dari lini depan sampai belakang beserta pola permainan yang ciamik butuh proses yang berlangsung panjang, tak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi bila sudah disangkut pautkan dengan politisi.
Akhirnya, saya cuma bisa bilang semoga sepakbola Indonesia bisa dinaungi keberuntungan untuk dijauhi dari segala perkara yang menyesatkan sehingga bisa bersaing di kancah internasional.
Aleichem Syalom Olahraga,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar