Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Senin, 17 Oktober 2016

CERPEN JUST CALL ME…

Aku bersama banyak temanku seperti biasanya menjadi tatapan setiap orang yang lewat didepan kami. Kadang ada yang menyentuhku untuk mengenali aku lebih jauh terus kembali menempatkan aku di tempat semula. Kadang ada yang menatapku tajam seperti ingin memilikiku namun akhirnya berlalu begitu saja. Hari-hari kami dilalui dengan senda gurau dengan bercerita soal kelebihan dan kekurangan kami masing - masing disertai gelak tawa saat melihat orang - orang aneh yang melintas didepan kami.
Sudah sebulan ini aku hanya bisa melihat banyak orang lalu lalang dari balik kaca tempat ku berada sementara banyak teman-temanku yang sudah meninggalkan aku entah kemana dibawah oleh orang-orang yang menyukai mereka. Aku kini tinggal bersama beberapa teman lama yang bernasib sama sepertiku sementara di tempat kami semula sudah banyak teman-teman baru yang lebih modis dan pintar dari kami.
Hingga di suatu sore tatkala lembayung senja tenggelam di ufuk barat seorang wanita muda nan cantik menggendong aku untuk meninggalkan tempat ini. Tangannya cukup lembut untuk menghangatkanku. Ada perasaan sedih bercampur gembira saat aku dibawa pergi wanita cantik ini. Sedih karena meninggalkan teman-temanku yang menatap  nanar kearahku. Dan syukurnya wanita cantik ini tak lupa untuk memakaikan aku semacam pakaian pembungkus yang sangat indah dan tentunya menghangatkan aku yang semakin terlihat wow...keren. Hmmm…maklum saja selama ini sejujurnya aku nyaris tak berbusana biar bisa menarik perhatian banyak orang yang lewat.
Hari berganti hari dan tak ada persoalan berarti antara aku dan wanita muda nan cantik tadi untuk saling mengenal. Dari pembicaraan yang kudengar wanita itu bernama Nila.
“ Sebuah nama yang cantik, secantik orangnya “, gumamku.
Diawal kebersamaan kita ini aku mendapat perhatian special dari Nila. Aku merasa bersyukur bisa bersama orang yang mampu menjagaku, merawatku, dan melindungiku. Hampir setiap hari tangannya yang lembut membersihkan tubuhku dengan kain yang tak kalah lembutnya. Hal ini membuat aku merasa sangat istimewa dan dihargai, karena itu aku tak pernah mau mengecewakannya. Bahkan saking specialnya aku sering dibawa kemanapun Nila pergi untuk melihat banyak tempat indah yang sejak dulu kuimpikan. Hari-hari ini membuatku merasa seperti yang paling sempurna dibandingkan teman-temanku.
Aku sempat berpikir seandainya teman-temanku tahu tentang keadaanku saat ini tentunya mereka iri terhadapku. Aku senang dan bahagia, tidak seperti dulu lagi yang mana aku tinggal berdesakan bersama teman-temanku tanpa pakaian yang membungkus tubuh dan tidak bisa kemana-mana selain melihat orang-orang yang sedang bingung dari balik kaca yang penuh debu.
Kini akulah orang yang paling mengenal Nila. Aku berani bertaruh kalau aku lebih mengenal Nila gadis cantik ini lebih dari kedua orang tuanya serta pacarnya karena kemanapun Nila pergi  aku pasti berada didekatnya. Bahkan kasarnya, akulah yang paling sering melihat Nila telanjang saat ini. Bukan karena aku ngintip tapi karena kesalahan Nila sendiri yang selalu membiarkan aku tepat didepannya saat sedang berganti pakaian. Uhhh…aku tahu kapan Nila berbohong dan kapan Nila berkata jujur!! Singkat kata setiap gerak-gerik serta pembicaraannya pasti aku ketahui.
            Setahun sudah kebersamaan Nila denganku yang terjalin mesra membuatku merasa tak ingin berpisah dengannya lagi. Hingga malam itu dalam catatan memoriku hari minggu, 29 januari 2008 aku sampai lelah menemaninya berbicara dengan seseorang di ujung sana yang kukenal dengan nama Vino. Ya nama yang tidak asing lagi bagiku karena Vino adalah sang kekasih hati Nila. Bahkan hubungan Nila dan Vino sudah layaknya sepasang suami istri.
***
            “ Hallo….kenapa kamu bersikap seperti ini ??”, Tanya Nila mencoba tenang.
“ Memangnya kenapa? Perasaan aku biasa-biasa saja, kamunya saja yang terlalu minta lebih “, jawab Vino ketus.
            “ Oh begitu ya…!!”
            “ Kamu pikir biasa dengan bersikap acuh tak acuh padaku dan tidak pernah mau menemuiku lagi sudah hampir sebulan ini ?”, kejar Nila.
            “Aku khan sudah bilang aku sekarang sibuk dan belum bisa diganggu koq kamu tidak mengerti juga,“ tangkis Vino.
            “Sesibuk apa sich?? Sampai sekedar sms menanyakan kabar saja bahkan tidak pernah “, sambung Nila dengan suara yang semakin meninggi menahan emosi.
            “ Ahh….sudah kubilang aku sibuk!! Terserah kamu mau percaya atau tidak. Ok sudah ya aku mau istirahat, “ jawab Vino.
            “ Seperti ini ya…yang dulu selalu kau bilang cinta, sayang, dan rindu. Mana janjimu dulu?? Apa kamu sudah lupa atau memang belagak bloon,” sergah Nila semakin emosi dan tanpa sadar air matanya membasahi sekujur tengkorak wajahnya.
            “ Eh…perempuan kata siapa aku mencintai kamu?dan kalaupun dulu aku terlanjur bicara seperti itu lupakan saja! Anggap saja aku dan kamu tidak pernah saling berjumpa ok!? “
            “ Aku sudah muak dengan kamu dan ingat!! Jangan pernah hubungi aku lagi,“ lanjut Vino dengan nada suara yang terdengar kasar.
            “ Vino apa salahku? Tega sekali kamu mencampakkan aku. Ada apa Vino? Bisakah kau menghargai aku yang begitu mencintaimu hingga semua larangan orang tuaku kuabaikan dan semua yang kumiliki telah kuserahkan padamu termasuk perbuatan yang seharusnya kita lakukan setelah menikah nanti. Tolonglah Vino aku tidak bisa hidup tanpamu,” tandas Nila terbata-bata sambil terus menangis.
            Tut…tut….tut….tut……tuuuuuuuuuttttttttttt…..
            Tak ada lagi pembicaraan, yang terdengar olehku hanyalah isak tangis yang membuatku turut sedih dengan apa yang dialami Nila.
            “ Oh seandainya aku bisa menyeka wajahnya tentu sudah kulakukan sejak tadi,” gumamku.
            Praaaang…..tiba-tiba saja aku dibanting ke lantai. Bukan hanya kaget tapi seluruh tubuhku terasa sakit bukan kepalang. Tak lama berselang, aku kembali diangkat dari dasar lantai dan dilihat sejenak lalu praaang…kembali dibanting. Untungnya kali ini aku terjatuh diatas tempat tidur yang empuk milik Nila.
            Nila masih terus menangis sementara aku sudah sekarat tak berdaya. Aku mengharapkan perhatiannya namun apa daya tak kunjung datang hingga aku pun tak sadarkan diri.
***
            Aghhh…sepertinya aku mengenal tangan yang sedang memelukku erat. Tapi siapa ya? Sudah dimana aku berada sekarang? Oh lalu dimana Nila? Ouggh..kasar sekali orang ini. O’ya kini aku tahu, aku sudah kembali berada pada tempatku semula namun lebih parah lagi karena aku ditaruh dideretan belakang bukan di bagian depan seperti dulu lagi.
            Rupanya sejak tadi, aku terlalu banyak bertanya selepas kesadaranku hingga tak sadar kalau sejak tadi aku diperhatikan oleh banyak teman-temanku. Wow…aku tak menyangka banyak teman-teman lamaku yang dulu bersamaku ternyata juga berada di tempat ini. Dan dari merekalah aku diberitahu kalau aku dibawa oleh Nila kepada sang pemilik toko dengan alasan aku sudah tak bisa lagi diandalkan karena aku terlalu banyak keonaran tak lagi modis dan pintar.
            Ya….  Begitulah nasib aku dan teman-temanku ibarat pepatah habis manis sepah dibuang. Tak ada lagi yang melirik kearah aku dan teman-temanku, semua orang yang lewat cuma mengarahkan pandangan kearah etalase depan tempat dimana kami dulu berada. Maklum kami dianggap barang rongsokan yang sebentar lagi sudah menjadi bangkai.
            Tapi kami bersyukur setidaknya kami masih memiliki kesetiaan dan ketulusan untuk melayani tidak seperti manusia yang serakah, saling mengkhianati, saling  menghujat, dan masih banyak lagi kebusukan.
            Ahhh….seandainya saja aku seorang manusia!! Sayang…aku hanyalah sebuah handphone tapi panggil saja aku PONSEL….just call me!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar