Aku
bersama banyak temanku seperti biasanya menjadi tatapan setiap orang yang lewat
didepan kami. Kadang ada yang menyentuhku untuk mengenali aku lebih jauh terus
kembali menempatkan aku di tempat semula. Kadang ada yang menatapku tajam
seperti ingin memilikiku namun akhirnya berlalu begitu saja. Hari-hari kami
dilalui dengan senda gurau dengan bercerita soal kelebihan dan kekurangan kami
masing - masing disertai gelak tawa saat melihat orang - orang aneh yang
melintas didepan kami.
Sudah
sebulan ini aku hanya bisa melihat banyak orang lalu lalang dari balik kaca
tempat ku berada sementara banyak teman-temanku yang sudah meninggalkan aku
entah kemana dibawah oleh orang-orang yang menyukai mereka. Aku kini tinggal
bersama beberapa teman lama yang bernasib sama sepertiku sementara di tempat
kami semula sudah banyak teman-teman baru yang lebih modis dan pintar dari
kami.
Hingga
di suatu sore tatkala lembayung senja tenggelam di ufuk barat seorang wanita
muda nan cantik menggendong aku untuk meninggalkan tempat ini. Tangannya cukup
lembut untuk menghangatkanku. Ada perasaan sedih bercampur gembira saat aku
dibawa pergi wanita cantik ini. Sedih karena meninggalkan teman-temanku yang
menatap nanar kearahku. Dan syukurnya
wanita cantik ini tak lupa untuk memakaikan aku semacam pakaian pembungkus yang
sangat indah dan tentunya menghangatkan aku yang semakin terlihat wow...keren.
Hmmm…maklum saja selama ini sejujurnya aku nyaris tak berbusana biar bisa
menarik perhatian banyak orang yang lewat.
Hari
berganti hari dan tak ada persoalan berarti antara aku dan wanita muda nan
cantik tadi untuk saling mengenal. Dari pembicaraan yang kudengar wanita itu
bernama Nila.
“
Sebuah nama yang cantik, secantik orangnya “, gumamku.
Diawal kebersamaan kita ini aku mendapat perhatian special dari Nila. Aku merasa
bersyukur bisa bersama orang yang mampu menjagaku, merawatku, dan melindungiku.
Hampir setiap hari tangannya yang lembut membersihkan tubuhku dengan kain yang
tak kalah lembutnya. Hal ini membuat aku merasa sangat istimewa dan dihargai,
karena itu aku tak pernah mau mengecewakannya. Bahkan saking specialnya aku
sering dibawa kemanapun Nila pergi untuk melihat banyak tempat indah yang sejak
dulu kuimpikan. Hari-hari ini membuatku merasa seperti yang paling sempurna
dibandingkan teman-temanku.
Aku
sempat berpikir seandainya teman-temanku tahu tentang keadaanku saat ini
tentunya mereka iri terhadapku. Aku senang dan bahagia, tidak seperti dulu lagi yang mana aku tinggal berdesakan bersama teman-temanku tanpa pakaian yang
membungkus tubuh dan tidak bisa kemana-mana selain melihat orang-orang yang
sedang bingung dari balik kaca yang penuh debu.
Kini
akulah orang yang paling mengenal Nila. Aku berani bertaruh kalau aku lebih
mengenal Nila gadis cantik ini lebih dari kedua orang tuanya serta pacarnya
karena kemanapun Nila pergi aku pasti
berada didekatnya. Bahkan kasarnya, akulah yang paling sering melihat Nila
telanjang saat ini. Bukan karena aku ngintip tapi karena kesalahan Nila sendiri
yang selalu membiarkan aku tepat didepannya saat sedang berganti pakaian. Uhhh…aku tahu
kapan Nila berbohong dan kapan Nila berkata jujur!! Singkat kata setiap
gerak-gerik serta pembicaraannya pasti aku ketahui.
Setahun sudah kebersamaan Nila
denganku yang terjalin mesra membuatku merasa tak ingin berpisah dengannya
lagi. Hingga malam itu dalam catatan memoriku hari minggu, 29 januari 2008 aku
sampai lelah menemaninya berbicara dengan seseorang di ujung sana yang kukenal
dengan nama Vino. Ya nama yang tidak asing lagi bagiku karena Vino adalah sang
kekasih hati Nila. Bahkan hubungan Nila dan Vino sudah layaknya sepasang suami
istri.
***
“ Hallo….kenapa kamu bersikap
seperti ini ??”, Tanya Nila mencoba tenang.
“ Memangnya
kenapa? Perasaan aku biasa-biasa saja, kamunya saja yang terlalu minta lebih “,
jawab Vino ketus.
“ Oh begitu ya…!!”
“ Kamu pikir biasa dengan bersikap
acuh tak acuh padaku dan tidak pernah mau menemuiku lagi sudah hampir sebulan
ini ?”, kejar Nila.
“Aku khan sudah bilang aku sekarang
sibuk dan belum bisa diganggu koq kamu tidak mengerti juga,“ tangkis Vino.
“Sesibuk apa sich?? Sampai sekedar
sms menanyakan kabar saja bahkan tidak pernah “, sambung Nila dengan suara yang
semakin meninggi menahan emosi.
“ Ahh….sudah kubilang aku sibuk!!
Terserah kamu mau percaya atau tidak. Ok sudah ya aku mau istirahat, “ jawab
Vino.
“ Seperti ini ya…yang dulu selalu
kau bilang cinta, sayang, dan rindu. Mana janjimu dulu?? Apa kamu sudah lupa
atau memang belagak bloon,” sergah Nila semakin emosi dan tanpa sadar air
matanya membasahi sekujur tengkorak wajahnya.
“ Eh…perempuan kata siapa aku
mencintai kamu?dan kalaupun dulu aku terlanjur bicara seperti itu lupakan saja!
Anggap saja aku dan kamu tidak pernah saling berjumpa ok!? “
“ Aku sudah muak dengan kamu dan
ingat!! Jangan pernah hubungi aku lagi,“ lanjut Vino dengan nada suara yang
terdengar kasar.
“ Vino apa salahku? Tega sekali kamu
mencampakkan aku. Ada apa Vino? Bisakah kau menghargai aku yang begitu
mencintaimu hingga semua larangan orang tuaku kuabaikan dan semua yang kumiliki
telah kuserahkan padamu termasuk perbuatan yang seharusnya kita lakukan setelah
menikah nanti. Tolonglah Vino aku tidak bisa hidup tanpamu,” tandas Nila
terbata-bata sambil terus menangis.
Tut…tut….tut….tut……tuuuuuuuuuttttttttttt…..
Tak ada lagi pembicaraan, yang
terdengar olehku hanyalah isak tangis yang membuatku turut sedih dengan apa
yang dialami Nila.
“ Oh seandainya aku bisa menyeka
wajahnya tentu sudah kulakukan sejak tadi,” gumamku.
Praaaang…..tiba-tiba saja aku
dibanting ke lantai. Bukan hanya kaget tapi seluruh tubuhku terasa sakit bukan
kepalang. Tak lama berselang, aku kembali diangkat dari dasar lantai dan dilihat
sejenak lalu praaang…kembali dibanting. Untungnya kali ini aku terjatuh diatas
tempat tidur yang empuk milik Nila.
Nila masih terus menangis sementara
aku sudah sekarat tak berdaya. Aku mengharapkan perhatiannya namun apa daya tak
kunjung datang hingga aku pun tak sadarkan diri.
***
Aghhh…sepertinya aku mengenal tangan
yang sedang memelukku erat. Tapi siapa ya? Sudah dimana aku berada sekarang? Oh
lalu dimana Nila? Ouggh..kasar sekali orang ini. O’ya kini aku tahu, aku sudah
kembali berada pada tempatku semula namun lebih parah lagi karena aku ditaruh
dideretan belakang bukan di bagian depan seperti dulu lagi.
Rupanya sejak tadi, aku terlalu
banyak bertanya selepas kesadaranku hingga tak sadar kalau sejak tadi aku
diperhatikan oleh banyak teman-temanku. Wow…aku tak menyangka banyak
teman-teman lamaku yang dulu bersamaku ternyata juga berada di tempat ini. Dan
dari merekalah aku diberitahu kalau aku dibawa oleh Nila kepada sang pemilik
toko dengan alasan aku sudah tak bisa lagi diandalkan karena aku terlalu banyak
keonaran tak lagi modis dan pintar.
Ya…. Begitulah nasib aku dan teman-temanku ibarat
pepatah habis manis sepah dibuang. Tak ada lagi yang melirik kearah aku dan
teman-temanku, semua orang yang lewat cuma mengarahkan pandangan kearah etalase
depan tempat dimana kami dulu berada. Maklum kami dianggap barang rongsokan
yang sebentar lagi sudah menjadi bangkai.
Tapi kami bersyukur setidaknya kami
masih memiliki kesetiaan dan ketulusan untuk melayani tidak seperti manusia
yang serakah, saling mengkhianati, saling
menghujat, dan masih banyak lagi kebusukan.
Ahhh….seandainya saja aku seorang
manusia!! Sayang…aku hanyalah sebuah handphone tapi panggil saja aku PONSEL….just
call me!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar