Tanggal 04/11/2016 tiba-tiba menjadi tanggal keramat. Seiring aneka isu yang beterbangan di langit-langit Nusantara. Disinyalir, aneka isu yang beterbangan berpotensi mencemari lingkungan kebhinekaan bangsa ini. Sungguh sebuah potret buram wajah bangsa Bhineka Tunggal Ika.
Semua petinggi negeri dibuat sibuk termasuk Presiden RI, Joko Widodo. Karena konon katanya, Ahok, sang fenomenal hanyalah pintu masuk untuk menggulingkan Presiden. Sebuah signal yang tentu sangat berbahaya bagi negeri ini. Wow...
Tak pelak, perbincangan soal ini terdengar dimana-mana di-seantero Nusantara. Baik yang bisik-bisik sampai yang bersuara lantang di media. Dari elit sampai kaum pinggiran ramai membahas.
Beragam teori serta analisa penuhi paru -paru anak bangsa. berdampak pada semakin membuat anak bangsa kesulitan bernapas demi menghirup udara kebhinekaan yang terlihat dicemari dan berpotensi merusak.
04 November 2016 adalah momentum untuk mendapatkan tujuan dari berbagai pihak yang ikut bermain di keruhnya situasi. Entah soal politik, bisnis, atau kepentingan-kepentingan yang tergelincir pada era kepemimpinan Presiden Jokowi. Itu sebabnya, alarm berbunyi kencang hingga barisan Brimob dari berbagai daerah diberangkatkan ke Jakarta untuk pengamanan termasuk bala bantuan dari TNI.
Karena seorang Ahok yang fenomenal, rasa kebhinekaan kita digugah dan 04 November 2016 juga bisa merupakan momentum bagi para pecinta demokrasi dan kaum nasionalis untuk menunjukkan sikap kenegaraan sebagai bentuk komitmen kebhinekaan yang sudah merupakan ketetapan demi keberlangsungan Indonesia.
Di tanggal 04 November 2016, dunia kembali menjadi saksi apakah Indonesia kembali lulus ujian soal Kebhinekaan atau malah justru gagal. Disinilah, sebenarnya bangsa ini akan mendapatkan pemetaan tentang siapa yang benar-benar menjaga komitmen berbangsa dan bernegara serta siapa yang tidak.
Keterusikan ini juga menjadikan 04 November 2016, kita mendapatkan siapa dari antara para elit terutama para jenderal yang mengingkari komitmen kebhinekaan dan menyimpang dari Presiden sebagai panglima tertinggi Republik ini.
Intinya, negara, menurut saya, tidak boleh takluk oleh kepentingan segelintir orang yang berupaya mengutak-atik bangsa ini. Dan sepantasnya semua elemen bangsa bersatu padu mendukung keberadaan negeri ini mengenakan seragam kebhinekaan sebagai ciri khas dengan penuh kebanggaan.
Jangan membiarkan siapapun menghalangi kita masuk dalam gerbang Indonesia Hebat yang sudah didepan mata. Tunjukkan pada dunia bahwa adalah kesia-siaan apabila mencoba mengutak-atik kebhinekaan kita. Untuk itu, tak ada tempat barang se-centi pun di negeri ini untuk mereka yang mempermainkan kebhinekaan.
Mentalitas ini mesti berkeliaran dalam sanubari setiap anak bangsa agar tidak mudah digoyahkan oleh mereka-mereka yang menginginkan Indonesia terpecah-belah atas nama SARA. Katakan pada dunia #Kami Indonesia.
Apapun yang terjadi pada tanggal 04 November 2016. Sepatutnya kita mesti menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Ahok, sang fenomenal yang kembali menyadarkan kita dan membangunkan tidur panjang kita untuk membenahi hal prinsip berbangsa dan bernegara yakni Bhineka Tunggal Ika sebagai sebuah sejarah.
yupz....semua anak bangsa harus bangga tunju falungku bahwa NKRI harga mati !
BalasHapusIa itu yang diharapkan agar tidak ada tempat bagi mereka-mereka yang mau mengutak-atik Republik ini.
BalasHapus