Istilah
yang dipopulerkan oleh mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono mendadak
menjadi pembicaraan publik di berbagai media social. Lantas, apa makna lebaran
kuda?? Anda jangan mencarinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia karena anda tidak
akan menemukannya sampai lebaran kuda. Heheheheeeee…..
Istilah yang bermakna
khiasan ini kurang lebih memiliki arti sampai kapan pun atau sesuatu yang
mustahil terwujud sampai akhir dunia.
Pertanyaannya,
bagaimana bila istilah yang sama diucapkan oleh Ahok, sang fenomenal tersebut??
Teman saya yang sedang menyeruput kopi disamping saya langsung tersedak dan
buru – buru mengatakan bahwa kemungkinan besar akan berubah makna. ”Ya….bisa
jadi ketika diucapkan oleh sosok Ahok, istilah ini akan mengalami distorsi dari
konteks bahasa,” saya mengamini sembari membayangkan apa yang akan terjadi.
Ini
tentu sangat berbahaya, bila berbahasa saja kita sudah dikotak-kotakan. Kenyataan
ini sesungguhnya tanpa pernah kita sadari, telah menampar dan melecehkan kaidah bahasa
Indonesia terutama para pemuda yang penuh semangat mengangkat sumpah pemuda
untuk berbahasa satu bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan.
Ketakutan
saya, generasi anak – anak saya nantinya mengalami ketakutan berbahasa
Indonesia karena memiliki potensi perubahan makna tergantung siapa yang bicara,
siapa yang menilai, dan menggunakan kriteria seperti apa. Ini tentu sangat naïf
dan merusak tatanan baku bahasa Indonesia sekaligus membuat perbedaan yang
sangat berpotensi mengingkari bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
lebih jauh mengingkari satu tanah air dan satu bangsa sebagaimana sumpah pemuda
di tahun 1928 silam.
Pemilihan
diksi bila sangat tergantung siapa yang memilih dan menggunakannya apalagi
berkaitan dengan SARA, maka sampai lebaran kuda pun kopi Bajawa yang begitu nikmat
akan terasa hambar untuk saya dan teman saya cicipi. Kenapa? Karena kami telah
kehilangan makna berbahasa dan akhirnya memilih bungkam tanpa sanggup
berkata-kata.
Maaf
!! Sudah seharusnya kita mulai meninggalkan permainan binatang bernama SARA
apalagi sampai pada tataran konteks berbahasa. Ini sudah diluar kaidah dan
kesepakatan kita bila masih memiliki keinginan untuk bersama-sama masuk dalam
gerbang Indonesia Hebat.
Please….jangan
membuat berbahasa pun menjadi rumit hanya karena kepentingan – kepentingan yang
merusak, karena hidup kita sebenarnya sudah rumit. Bahasa itu bagian dari seni dan budaya yang mempersatukan. Kalau ada perbedaan makna maka hampir dapat dipastikan sebenarnya kita sendiri telah kehilangan makna untuk berbahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar