"Cangkul...cangkul...cangkul yang dalam
Cangkul yang dalam di kebun kita"
Masih ingat dengan lagu tersebut? Semoga anda masih mengingatnya. Jujur saja, kalau saya sebenarnya mendadak ingat karena sebuah berita yang menggelitik dan menghancurkan nalar berpikir saya.
Bagaimana tidak. Sebuah negara agraris bernama Indonesia rupanya mengimport cangkul dari China. Ini seperti seekor singa yang mengimpor taring kucing untuk menggigit mangsanya.
Tumpukan pertanyaan seketika sesakan benak saya. Apakah tak ada perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi cangkul? Atau karena ketiadaan SDM yang memiliki kemampuan membuat cangkul?apa mungkin cangkul buatan China sudah berteknologi mutakhir yang sekali cangkul langsung bisa bergerak sendiri mencakup 5 meter misalnya?sehingga memberikan efiensi tenaga dan waktu bagi para petani? Atau jangan-jangan karena ada keuntungan sepihak untuk pembuat kebijakan dari import cangkul?
Sungguh ini fakta menggelikan dan tak boleh dipandang sepele. Mesti ada pengusutan terhadap kebijakan ini.
Terus terang tak usah bicara pabrik. Banyak UKM Indonesia yang saya kira mampu membuat cangkul jika dipercayakan. Tinggal pesan sesuai spesifikasi dengan waktu yang dibutuhkan. Ini juga tentunya membuka lapangan kerja bagi rakyat Indonesia sehingga tidak mengeksport tenaga kerja keluar negeri sebagai "babu".
Pantas saja hasil pertanian menjadi mahal. Tidak heran, harga komoditas terus melambung. Cangkul di kebun kita tak ada karena masih menunggu kedatangan kapal yang membawa cangkul import. Benar-benar kisah menyedihkan.
Saya jadi ingin mencangkul lebih dalam. Jika cangkul saja diimport jangan-jangan pupuk, pestisida, bibit, bahkan mungkin kedepan petani pun ikutan diimport.
Arrrrgggghhhhh... bolehkah kami mencangkul otak tuan yang terhormat? Siapa tahu dengan begitu tuan yang terhormat bisa mengetahui bahwa cangkul lokal berkualitas internasional pun sebenarnya ada dan bisa dibuat di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar