Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Minggu, 18 Desember 2016

Trend Minimalis, Mentalitas Pemenang, dan Hasil Akhir

Gaya minimalis memang menjadi trend dalam banyak aspek dewasa ini. Model rumah minimalis, gaya berbusana yang minimalis, hingga gaya bermain sepakbola yang minimalis pula. Timnas Indonesia di ajang AFF Suzuki Cup 2016 dibawah asuhan Alfred Riedl pun memilih trend tersebut sebagai bagian dari upaya merengkuh trophy AFF.

Sayang seribu sayang, apa yang menjadi impian sirna ketika dalam final leg kedua yang berlangsung di Stadion Rajamangala, Bangkok (17/12), Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Timnas Thailand 2-0 sekaligus melegalkan trophy AFF menjadi milik Thailand.

Saya berharap anda sudah membaca tulisan saya sebelum laga final leg kedua ini berlangsung dengan judul Thailand vs Indonesia, Melawan Tuah Rajamangala. Yap….benar tanpa mentalitas pemenang, sulit bagi kita untuk menaklukan Thailand di Rajamangala. “Menang atau Mati” adalah syaratnya.

Pendekatan ini yang mesti dipakai Riedl ketika mengunjungi Rajamangala. Apalagi hanya bermodalkan kemenangan 2-1 di leg pertama. Namun, daya magis super ekstrim yang saya harapkan keluar dari seorang Alfred Riedl rupanya tak terlihat setidaknya sampai babak kedua pertengahan menjelang akhir laga dengan memainkan 3 striker sekaligus.

Instruksi untuk menunggu dan melakukan Counter Attack bukanlah hal ekstrim yang dilakukan Timnas Indonesia dalam perjalanan di AFF Suzuki Cup tahun ini. Itu sudah menjadi ciri khas Timnas Indonesia sejak awal turnamen. Harusnya Riedl memasuki Rajamangala dengan instruksi menguasai pertandingan dan menyerang untuk meraih kemenangan, bukan menunggu di area pertahanan sendiri untuk meraih hasil seri. Ingat!! Tim juara hanya diperuntukkan bagi tim yang meraih kemenangan.  Mentalitas seperti ini yang mesti diubah Timnas di kemudian hari.

Strategi menunggu di laga final hanya bisa dimainkan bila kita telah unggul telak 3-0 di leg pertama misalnya. Itulah sebabnya, saya memakai istilah daya magis super ekstrim yakni bermain di luar kebiasaan yang sudah diperagakan. Dengan bermain menyerang apalagi mencetak gol, Timnas Indonesia tentu akan membuat Timnas Thailand akan semakin terbebani untuk mengejar agregat gol. Bahwa  dampak dari melakukan penyerangan, lini belakang akan terbuka sudah menjadi konsekuensi bukan hanya untuk Timnas Indonesia tapi juga berlaku untuk Timnas Thailand.

Sekali lagi sayang, saling jual serangan yang saya harapkan terjadi ternyata tidak berlangsung. Indonesia masih memiliki mental yang sama ketika memasuki Stadion Rajamangala yakni terlalu takut berlebihan terhadap Thailand sehingga terlalu memfokuskan diri pada pertahanan yang berujung pada leluasanya para pemain Thailand mengatur ritme dan alur serangan yang dikehendaki. Akibatnya, jelas trophy yang diidamkan lepas dari genggaman. 

Sekali lagi, mentalitas pemenang menjadi perbedaan. Hanya pemenanglah yang menulis sejarah bukan yang kalah.

Mentalitas pemenang yang tampak nyata di sepakbola ASEAN selain Thailand, saya melihat Vietnam pun mulai tumbuh mentalitas tersebut. Tak peduli bermain di kandang atau tandang. Fokus pada cara bermain tim sendiri untuk meraih kemenangan bukan seri apalagi kalah terlihat dalam cara bermain mereka. Semoga Indonesia bisa berbenah dan memiliki mentalitas pemenang agar bisa menulis sejarah yang dikehendaki.

Menumbuhkan mentalitas pemenang mesti diawali dari kompetisi dalam negeri. Persipura adalah salah satu contoh bagaimana seharusnya mentalitas itu tumbuh yakni percaya diri dan focus dengan meraih kemenangan sebagai bagian dari jalan meraih gelar entah bermain kandang maupun tandang. Itu sebenarnya sudah terlihat ketika Timnas U-19  di bawah asuhan Indra Safri.


Pada akhirnya, apapun hasil yang telah diraih, kita memang mesti angkat topi bagi keunggulan Thailand sekaligus memberikan apresiasi atas perjuangan Timnas Indonesia. Saya kira, apa yang dicapai Timnas Indonesia saat ini sudah sangat luar biasa. Sesuai prediksi saya pada tulisan terdahulu sebelum laga AFF 2016 digelar dengan judul Utak-Atik Peluang Juara Di AFF Suzuki Cup 2016. Final untuk Garuda setelah lolos grup adalah yang terbaik.

2 komentar:

  1. Sedih dan kecewa emang lihat permainan nya indonesia, apalagi saat sudah 3 penyerang malah penyambung dari belakang ke depan tidak ada, jadi bingung pemain belakang kita, padahal pemain bertahan kita uda berjuang setengah mati, apalagi kiper nya agar tidak kebobolan lebih banyak.. apa mau di kata , tetap bertahan walau sudah tidak unggul lagi.
    .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali. Karena sejak awal sudah masuk Rajamangala dengan keadaan mentalitas yang inferior alias tanpa mentalitas pemenang

      Hapus