Omnia Tempus Habent. Semua ada waktunya. Ada waktu bertemu, ada
waktu berpisah. Tiga dekade tentu bukan waktu yang singkat untuk sebuah
kebersamaan.
Era Silvio Berlusconi di AC Milan
usai sudah tepat di tanggal 13/04/2017 ketika seluruh umat Kristiani seantero
jagad sedang mempersiapkan diri mengenang kisah sengsara dan wafatnya sang Juru Selamat Yesus Kristus. Setelah
sempat terkatung-katung rencana akuisisi oleh investor asal China, akhirnya
waktu itu tiba. Berlusconi mesti merelakan AC Milan dengan mahar sebesar 740 M
Euro.
Ada perasaan sedih dan aneh
ketika menemui fakta bahwa Berlusconi tidak lagi bersama AC Milan, apalagi bagi
para Milanisti. Maklum, selain waktu kebersamaan yang sedemikian panjang, 29
trophy yang memenuhi lemari koleksi AC Milan membuat Berlusconi begitu identik
dengan si merah hitam yang melegenda.
Tak ayal, “kematian” Il Cavaliere (The Knight) dari manajemen AC Milan
saat seluruh umat Kristiani mengenang kematian Sang Juru Selamat di Kayu Salib
tentu bukanlah waktu yang kebetulan. Boleh jadi inilah waktu terbaik sekaligus
menunjukkan betapa Berlusconi sungguh sangat mencintai AC Milan dengan tidak
hanya mengorbankan segala yang ia miliki demi kemajuan Milan tetapi juga rela
mengorbankan kekuasaan yang selama ini melekat dalam dirinya demi cinta kepada
AC Milan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik di waktu mendatang. Inilah
sebentuk cinta sejati seorang Berlusconi demi “kejayaan kekal” AC Milan.
Seperti yang dikisahkan oleh sang
mantan Perdana Menteri Italia itu ketika
memberikan kata-kata terakhir dari sebuah peristiwa bersejarah tersebut bahwa
dirinya telah menjadi bagian AC Milan sejak kecil sebagai Milanisti karena
mengikuti sosok sang ayah yang mengatakan kepadanya sebuah pesan penting agar
menyukai sebuah tim karena kualitas dan AC Milan adalah tim berkualitas
sehingga senantiasa terpatri dalam benaknya. Kualitas sebuah tim semakin terlihat nyata
ketika seorang Berlusconi menjadi bagian penting AC Milan sebagai Presiden
klub.
Cinta pemilik Fininvest dan Mediaset kepada AC Milan
tidak perlu diragukan lagi. Segalanya telah diberikan. Termasuk menyerahkan
dirinya turun dari tahta dan tidak lagi bersama AC Milan yang begitu
dicintainya. Tidak ada lagi yang mesti dibuktikan. Inilah paripurna cinta “Sang Ksatria” bernama Silvio Berlusconi.
Berselang 3 hari setelahnya,
tepat di tanggal 16/04/2017 di kala seluruh umat Kristiani termasuk Berlusconi
yang dikenal sebagai penganut Katolik Roma sejati menyiapkan diri untuk
merayakan malam Paskah, Klub yang didirikan pada tahun 1899 oleh Alfred Edwards dan Helbert Kilpin dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan ini mesti menjalani laga Derby della Madonnina. Il Diavolo Rosso yang tertinggal 2 gol mampu mengejar ketertinggalan dan berhasil menyamakan skor di menit akhir laga. Sebuah hasil yang tidak hanya menggambarkan DNA juara yang masih tersimpan dalam diri Rossonerri tetapi juga sebagai signal kebangkitan tim dengan spirit kebangkitan yang luar biasa.
Alam seolah memberikan pertanda melalui spirit kebangkitan yang ditunjukkan oleh AC Milan seiring kemunculan Yonghong Li, pemilik Sino-Europe Sports Investment Management Changxing Co., Ltd.
Spirit kebangkitan tersebut menjadi cahaya harapan semua element yang terlibat dan menjadi bagian dari AC Milan termasuk Milanisti untuk menyongsong era baru demi melanjutkan "kejayaan kekal" dengan hadirnya banyak trophy karena kualitas sebagaimana mimpi Berlusconi yang akan diteruskan oleh Yonghong Li.
Omnia Tempus Habent...Semua ada waktunya dan inilah waktunya bagi Yonghong Li untuk menunjukkan cintanya kepada AC Milan sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Silvio Berlusconi dengan meninggalkan 'roh kemenangan' sebagai identitas Il Diavollo Rosso.
Omnia Tempus Habent...Semua ada waktunya dan inilah waktunya bagi Yonghong Li untuk menunjukkan cintanya kepada AC Milan sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Silvio Berlusconi dengan meninggalkan 'roh kemenangan' sebagai identitas Il Diavollo Rosso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar