Seminggu jelang laga final Europa League 2016/2017 yang mempertemukan Ajax Amsterdam vs Manchester United, manager MU, Jose "The Special One" Mourinho keluhkan jadwal Manchester United yang sangat padat.
Keluhan tersebut sepintas sangat manusiawi mengingat MU masih bertanding pada tanggal 21 Mei untuk menyelesaikan pekan ke-38 liga Inggris dan tiga hari kemudian menjalani
laga final Europa League. Namun, secara implisit keluhan Mou tersebut sesungguhnya merupakan senjata awal yang dipakai Mou untuk menyerang pihak lawan. Ibarat senjata para ninja sekali lempar langsung beberapa buah bintang berluncuran menyerang lawan sekaligus melindungi diri.
Pertama; keluhan The Special One tersebut sekaligus memberikan pesan implisit kepada penggemar MU seantero jagad bahwa bila dalam laga final MU mengalami kekalahan, maka mesti dimaklumi karena faktor jadwal yang padat sehingga pasukannya kelelahan. Dengan demikian, bila gagal Mou berharap kursi panas manager MU tidak dikotak-katik alias tetap menjadi miliknya. Para fans pun bisa bertepuk dada bahwa kami finalis. Ini kalau di Pilkada Indonesia mirip dengan pernyataan yang lazim kita dengar seperti ini : "Kami pasti menang, kalau kami kalah itu karena pasti dicurangi!"
Kedua; keluhan tersebut secara implisit sebenarnya taktik Mou melepaskan beban di pundak timnya dan menyerahkan beban tersebut kepada Ajax yang dihuni mayoritas pemain usia muda belia. Bila mayoritas para pemain Ajax termakan pernyataan ini dan terbebani, tentu akan merusak sistem permainan Ajax dari dalam tubuh mereka sendiri dan ini memudahkan Mou serta pasukannya meraih kemenangan.
Ketiga; keluhan simple namun berdaya ledak tinggi ala the special one ini secara implisit tujuannya ingin meninabobokan para pemain Ajax yang mayoritas dihuni pemain muda beserta para pendukungnya. Bila termakan pernyataan tersebut, para pemain Ajax yang berusia muda akan membawa emosi kedalam lapangan dengan mentalitas yang over confidense bahwa mereka sudah unggul karena fisik lebih unggul. Disinilah sebenarnya senjata mematikan itu merobek mimpi Ajax Amsterdam dan pendukungnya untuk merengkuh gelar karena akan mati terkapar akibat mentalitas menganggap diri unggul sebelum laga dimulai.
Keempat; keluhan ini sebenarnya juga ingin menyerang sang pengadil yang akan memimpin laga bahwa bila para pemain MU melakukan kontak fisik, itu semata-mata karena kelelahan dan mohon dimaklumi untuk tidak lekas memberikan kartu. Di sisi lain, bila pemain MU dijegal mesti diberikan hukuman karena psikologi pengadil sebelum masuk kedalam lapangan sudah dijejali dengan rasa kemanusiaan bahwa laga ini dimainkan dengan kondisi fisik pemain MU yang tidak sepenuhnya prima.
Itulah kenapa keluhan Mou mendapat reaksi yang cukup keras dari arsitek Ajax, Peter Bozs yang geram dengan mengatakan bahwa Mou sangat mengada-ada.
Bila disimak secara mendalam, taktik Psywar sebelum laga yang dimainkan Mou memang hal yang lumrah dalam dunia sepakbola tapi benar apa yang disampaikan Bosz bahwa keluhan tersebut mengada-ada karena MU sendiri sebenarnya memiliki kedalaman skuad yang memungkinkan Mou untuk merotasi pemain mana yang tampil di liga lokal dan mana yang tampil untuk kejuaraan Eropa.
Apalagi alasan jadwal tersebut, sungguh tak bisa diterima karena MU tidak lagi berpeluang untuk memperbaiki posisi di klasemen liga Inggris sebagai kandidat kuat juara sehingga laga terakhir MU di liga bukanlah partai yang mesti dilalui dengan skuad utama.
Jamak terjadi bahwa bila klub suatu negara melaju di kejuaraan Eropa dan liga lokal pun masih berpotensi dalam perburuan gelar, maka biasanya federasi negara akan mengundurkan laga klub tersebut bila berbeturan atau dekat dengan jadwal kompetisi Eropa demi menjaga kebugaran pemain karena federasi juga tentu saja berharap ada prestasu klub di level internasional demi menaikkan koefisien FIFA juga bisnis ikutan.
FA dalam hal ini pasti akan mengundurkan jadwal pekan ke-38 namun itu tidak dilakukan karena FA paham bahwa urgensi pengunduran jadwal bukan skala prioritas.
Satu yang pasti dibalik keluhan the special one memiliki potensi destruktif yang luar biasa. Psywar taktikal inilah salah satu senjata khas pria Portugal dan menjadi keunggulan dirinya sehingga menempatkan Mourinho kedalam jajaran top manager dunia saat ini.
Harus diakui permainan psywar taktikal Mourinho memang sangat halus namun mematikan. Dibalik keluhan the special one, MU siap menghadirkan malaikat maut kepada Ajax bila tak berhati-hati. Setidaknya mengamankan posisinya di kursi panas sebagai manager MU.
Dibalik keluhan the special one memang tidak bisa dibaca secara polos karena didalamnya terdapat begitu banyak senjata mematikan. Itulah kenapa Jose Mourinho disebut The Special One.
Salam Olahraga,
posted from Bloggeroid
Apapun analisa para pengamat, kenyataan memang demikian adanya.
BalasHapusGo MU.. we're the champions...
Hahahahahaaaa...kalau sampai Go MU masih wajar sebagai bentuk dukungan Bapak tapi kalimat yang menyusul dibelakangnya mestinya tidak perlu karena sudah mendahului fakta. Hehehehe
Hapus