Tiga Singa, Inggris berikan
ultimatum untuk lawan-lawannya di pentas Piala Dunia 2018 melalui auman keras
yang mengundang decak kagum. Para rival mesti nyalakan alarm waspada. Terutama
lawan terdekatnya yakni Die Rotten, Belgia yang akan menjadi pertemuan
pamungkas grup G sekaligus merebut posisi puncak.
Bukan sembarang ultimatum, 6 gol dari
aksi mencabik-cabik ala pasukan Gareth Southgate menjadikannya tim paling subur
dalam satu laga sejauh ini sekaligus memberikan garansi kepada para penggemar The
Three Lions bahwa generasi 2018 berbeda dengan generasi sebelumnya. Taring The Three
Lions tidak lagi tumpul. Sebuah pesan melambungkan asa untuk menerkam lawan.
Ada yang berbeda dari penampilan
anak asuh Southgate. Tiga Singa menunjukkan perbedaan signifikan dalam
mengarungi Piala Dunia edisi ini dengan sentuhan set piece. Tidak main-main, gelontoran 4 gol dari 6 gol yang
dilesakkan ke gawang Panama bermula dari situasi set piece. Sungguh mematikan. Bahkan gol keempat yang menjadi gol
kedua Jhon Stones pada laga ini dihasilkan melalui sebuah rancangan kombinasi set piece yang terukur dan umpan melalui
heading.
Ini belum dihitung dengan set piece pada laga perdana yang membuat
Inggris mengunci kemenangan.
Adalah seorang Kieran John Trippier, fullback milik Totenham Hotspur yang
menjadi aktor dari set piece
mematikan The Three Lions. Ia pula yang menjadi aktor melalui umpan kuncinya
kepada Linggard sebelum dilanggar dan berbuah penalti gol kedua Inggris. Ia layaknya
seorang sniper yang selalu tepat dalam melepas umpan menuju target. Crossing akurat dengan target John
Stones dan Harry Maguire atau Harry Keane menjadikan Inggris sungguh mematikan bila mendapatkan
kesempatan melakukan tendangan bebas atau pun sepak pojok. Terlihat jelas
mereka benar-benar melakukan latihan khusus untuk memanfaatkan bola mati. Hal
yang selama ini menjadi ciri khas Jerman, kini berubah menjadi senjata
termodern dan paling bahaya milik Inggris yang bisa membunuh siapa saja
lawannya.
Senjata ini merupakan temuan paling tampan dari seorang Southgate. Ia
memaksimalkan sumber daya materi pemainnya yang memiliki fisik mumpuni untuk beradu
bola-bola atas. Sebuah strategi elegan nan cerdas untuk memecah kebuntuan yang bisa membuat perbedaan pada saat
menapaki tangga menuju puncak kejayaan dunia yang sudah lama dirindukan. Saya membayangkan
bila Inggris masih memiliki seorang David Beckham atau di eranya Inggris melatih memanfaatkan strategi
set piece seperti ini secara khusus tentu lebih mengerikan efeknya. Entahlah...
Akh...mereka belum ketemu tim yang mapan. Begitu kata seorang teman. Saya
mengamininya tapi sekaligus meyakini bahwa senjata seperti itu sangat mumpuni
untuk melumpuhkan lawan. Siapa saja lawannya pasti akan stress bila setiap kesempatan bola
mati berujung gol. Bukan begitu bro?
Cheers....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar