La Celeste, Uruguay, tampil parlente saat menjinakan tuan rumah,
Rusia, di laga pamungkas grup A sekaligus segel posisi puncak. Zabivaka,
sang serigala putih pun layu bersama para penggemarnya di Samara
Stadion.
Petaka Zabivaka bermula
dari pelanggaran yang dilakukan Igor Smolnikov menahan gempuran para
penari Tango bercita rasa Uruguay ala Tabarez. Zabivaka celaka karena
harus menderita 3 gol, Zabivaka kehilangan Waka (harga diri) tuan
rumah.
Penampilan La Celeste terlalu parlente untuk diperhatikan
para calon lawannya termasuk Portugal bersama Ronaldo. Mereka menjadi
satu-satunya tim dengan pertahanan terbaik dari seluruh kontestan yang
ada karena belum sekalipun kebobolan alias clean sheet dengan nilai
sempurna 9. Termasuk menghentikan agresifitas Zabivaka selaku duta tuan
rumah.
La Celeste sungguh parlente. Lihatlah penampilan mereka.
Mayoritas dari skuad si biru langit berbadan kekar, pendek, dan kokoh
seperti halnya permainan mereka.
La Celeste memang parlente.
Lihatlah mereka dipimpin Opa tua berusia 71 tahun bernama Oscar Tabarez
dengan tongkat di tangannya karena sedang mengidap sakit langka,
mengalami penyakit Guillain-Barre Syndrome yang menyerang sarafnya. Tapi
simaklah, ia tak menggubrisnya. Ia tunjukkan spirit melalui dedikasi
total menemani para cucunya bertarung merangkai mimpi. Ia tak tega
melepas cucu asuhannya berjuang sendiri.
Opa Tabarez kenal betul
karakter cucu-cucunya. 18 tahun sudah ia menyuntikan keyakinan kepada
para cucunya bahwa bukan sebuah dongeng bila La Celeste pernah merajai
dunia. Bahkan di tahun 2010 lalu, mereka sudah sangat dekat sekali
untuk membuat langit Afrika membiru tanpa awan. Impian lama yang coba
diraih oleh La Celeste sejak terakhir diraih di tahun 1950.
Setidaknya melalui bimbingan sang Opa, seragam si biru langit kembali
mendapat respect di kancah dunia. Catatan tiga kali beruntun tampil
secara rutin membuktikan bahwa kemampuan Opa membimbing cucunya tidak
boleh dipandang sebelah mata.
18 tahun sudah tapi Opa Tabarez
tak pernah lelah apalagi menyerah berjuang demi waka La Celeste termasuk
kini di tanah Zabivaka. Bila para cucu dibawah pimpinan Cavani tak
ingin pengorbanan Tabarez sia-sia. Perpisahan terbaik bersama sang Opa
hanyalah dengan memberikan obat mujarab yang bisa menyembuhkan Opa.
Mengubah tongkat Tabarez menjadi trophy Copa Del Mundo.
Tongkat
Tabarez memang bukanlah tongkat Musa yang bisa membelah air laut. Namun
tongkat itu bisa dikenang sebagai tongkat sakti Piala Dunia manakala
cucu asuhannya mempersembahkan sebuah kisah epik bagi kebesaran La
Celeste.
Disini ada tangisan, ada perjuangan, ada luka, ada
tawa, bahagia dan rindu. Dan itu semualah yang memberatkan ketika harus
berpisah.
Cheers...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar