Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Senin, 02 Juli 2018

La Celeste Parlente, Zabivaka Hilang Waka



La Celeste, Uruguay, tampil parlente saat menjinakan tuan rumah, Rusia, di laga pamungkas grup A sekaligus segel posisi puncak. Zabivaka, sang serigala putih pun layu bersama para penggemarnya di Samara Stadion.

Petaka Zabivaka bermula dari pelanggaran yang dilakukan Igor Smolnikov menahan gempuran para penari Tango bercita rasa Uruguay ala Tabarez. Zabivaka celaka karena harus menderita 3 gol, Zabivaka kehilangan Waka (harga diri) tuan rumah.

Penampilan La Celeste terlalu parlente untuk diperhatikan para calon lawannya termasuk Portugal bersama Ronaldo. Mereka menjadi satu-satunya tim dengan pertahanan terbaik dari seluruh kontestan yang ada karena belum sekalipun kebobolan alias clean sheet dengan nilai sempurna 9. Termasuk menghentikan agresifitas Zabivaka selaku duta tuan rumah.

La Celeste sungguh parlente. Lihatlah penampilan mereka. Mayoritas dari skuad si biru langit berbadan kekar, pendek, dan kokoh seperti halnya permainan mereka.

La Celeste memang parlente. Lihatlah mereka dipimpin Opa tua berusia 71 tahun bernama Oscar Tabarez dengan tongkat di tangannya karena sedang mengidap sakit langka, mengalami penyakit Guillain-Barre Syndrome yang menyerang sarafnya. Tapi simaklah, ia tak menggubrisnya. Ia tunjukkan spirit melalui dedikasi total menemani para cucunya bertarung merangkai mimpi. Ia tak tega melepas cucu asuhannya berjuang sendiri.

Opa Tabarez kenal betul karakter cucu-cucunya. 18 tahun sudah ia menyuntikan keyakinan kepada para cucunya bahwa bukan sebuah dongeng bila La Celeste pernah merajai dunia. Bahkan di tahun 2010 lalu, mereka sudah sangat dekat sekali untuk membuat langit Afrika membiru tanpa awan. Impian lama yang coba diraih oleh La Celeste sejak terakhir diraih di tahun 1950.

Setidaknya melalui bimbingan sang Opa, seragam si biru langit kembali mendapat respect di kancah dunia. Catatan tiga kali beruntun tampil secara rutin membuktikan bahwa kemampuan Opa membimbing cucunya tidak boleh dipandang sebelah mata.

18 tahun sudah tapi Opa Tabarez tak pernah lelah apalagi menyerah berjuang demi waka La Celeste termasuk kini di tanah Zabivaka. Bila para cucu dibawah pimpinan Cavani tak ingin pengorbanan Tabarez sia-sia. Perpisahan terbaik bersama sang Opa hanyalah dengan memberikan obat mujarab yang bisa menyembuhkan Opa. Mengubah tongkat Tabarez menjadi trophy Copa Del Mundo.

Tongkat Tabarez memang bukanlah tongkat Musa yang bisa membelah air laut. Namun tongkat itu bisa dikenang sebagai tongkat sakti Piala Dunia manakala cucu asuhannya mempersembahkan sebuah kisah epik bagi kebesaran La Celeste.

Disini ada tangisan, ada perjuangan, ada luka, ada tawa, bahagia dan rindu. Dan itu semualah yang memberatkan ketika harus berpisah.

Cheers...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar