Selamat Datang By JoeFrigerio

Menu

Animated Buttons - "Pressed Effect"

...

Slideshow

Automatic Slideshow

Change image every 3 seconds:

1 / 3
Bahagia Itu Sederhana
2 / 3
Beriman Itu Sederhana
3 / 3
Hidup Penuh Syukur

Senin, 30 Juli 2018

Tungku Haram, Syuradikara Melaram

 Foto : Komunitas Fotografer Syuradikara


Di tepian malam,  kala Bulan temaram. Tungku Haram membawa potret buram tentang betapa muram nasib para korban hingga suara mereka terbungkam. Sungguh seram. Dalam diam, kepolosan tenggelam sangat dalam. Batin tak mungkin disulam bila wajah-wajah bengis nan kejam masih bersemayam diatas tanah air Flobamora. Hentikan!

Pementasan teater Tungku Haram yang diperankan oleh Teater Evergrande Syuradikara menunjukkan potensi besar siswa-siswi Syuradikara melaram (menunjukkan gaya dan lagak)  di ruang public. Sebuah gaya membujuk public menolak kekejaman penjualan manusia sekaligus gaya SMAK Syuradikara mengajak public untuk melirik Syuradikara sebagai tempat pendidikan yang sangat bisa diandalkan.

Stop Bajual Orang! Inilah pesan yang ingin disampaikan para siswa-siswi Syuradikara melalui pementasan teater musikal Tungku Haram 3. Dari perspektif teater, tidak gampang untuk melaram melalui jenis teater ini. Bahkan menurut saya, ini cara  (baca : ajang promosi) Syuradikara melaram yang sangat berisiko tapi juga sangat cerdas. Disini, Syuradikara ingin menunjukkan kepada public bahwa anak didik akan mendapatkan beragam pendidikan sekaligus juga menyentuh beragam minat dan bakat siswa. Luar biasa! Syuradikara sudah mempromosikan diri melalui aksi nyata. Saat sekolah lain masih sebatas promosi ‘pencitraan’.  Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Di Indonesia, pementasan teater oleh anak-anak remaja di bangku SMA terbilang sangat jarang dan dapat dihitung dengan jari. Apalagi pementasan drama musikal kabaret. Pementasan teater di Indonesia paling sering dilakukan oleh para mahasiswa yang mengambil kelas teater, komunitas teater, dan Perguruan Tinggi yang punya kelas teater. Itu pun mayoritas berkutat pada pementasan teater monolog, teater gerak (pantomin), dan teaterikal puisi. Dari sudut pandang ini, apa yang ditampilkan oleh anak-anak Syuradikara mesti diacungi jempol dan pantas diberikan apresiasi. Apalagi bila bicara di ruang lingkup Bumi Flobamora. Amazing!

Bicara teater musikal kabaret tentu mesti menggabungkan seni tari, seni musik, dan seni peran. Ini tentu saja melibatkan banyak pemeran yang mesti memiliki kemampuan aduhai nan memikat sehingga melalui gerak, musik, dan peran yang ditampilkan mampu menjadikannya satu kemasan elok sehingga pesan yang ingin disampaikan kepada penonton terkirim dengan baik. Tentang hal ini, pementasan Tungku Haram yang diperankan anak-anak SMAK/SMKK Syuradikara sudah sangat baik bila ditinjau dari sudut pandang fungsi teater itu sendiri. 

Siswa-siswi Syuradikara telah menjadikan teater sebagai media ekspresi. Zaman ini cara berekspresi positif ala siswa/i Syuradikara sungguh merupakan bentuk ekspresi yang mahal. Tidak hanya itu, fungsi lain sebagai media hiburan juga bisa dirasakan ketika mayoritas penonton memberikan aplaus meriah karena terhibur dengan pementasan Tungku Haram. Selain itu, fungsi teater sebagai media pendidikan. Pementasan teater Tungku Haram jelas memberikan edukasi tidak hanya kepada para siswa-siswi Syuradikara sebagai aktor dan aktris tapi juga kepada penonton. Menggugah masyarakat untuk lebih peka menyadari betapa realita buram penjualan manusia yang hidup di sekitar kita mesti segera dihentikan.

Dalam kaitan dengan fungsi tadi, untuk menilai seberapa hebat pementasan Tungku Haram yang diperankan siswa-siswi SMAK Syuradikara Ende, kita mesti secara objektif membedahnya satu per satu sesuai unsur-unsur dalam seni teater. Ada dua unsur dalam seni teater yakni pertama, unsur internal dan kedua, unsur eksternal. Seberapa terpenuhinya unsur-unsur tersebut dalam pementasan Tungku Haram. Saya coba membedahnya memakai pisau bedah saya. Boleh jadi pisau bedah anda berbeda.Bisa lebih tajam, bisa pula lebih tumpul.

  1.   Unsur Internal 

  •  Naskah atau Skenario

Naskah atau skenario merupakan hal mendasar yang menjadikan pementasan teater sekaligus menggabungkan berbagai macam unsur. Dalam kaitan dengan naskah, isu human trafficking yang marak terjadi di belahan bumi Flobamora menjadi kisah yang coba diangkat sekaligus upaya siswa-siswi Syuradikara menghapus penjualan manusia di tanah Flobamora sudah cukup baik dipentaskan. Namun dalam pandangan saya akan lebih menusuk dan menggigit bila (monolog maupun dialog) menggunakan dialek sehari-hari masyarakat NTT. Cita rasa bahasa lokal tentu lebih merasuki dan mengugah penonton. Contoh kecil : pemilihan diksi Ibu diganti Mama. Proximity antara pemeran dan penonton mesti diperhatikan sehingga pesan yang ingin disampaikan tertanam dalam sanubari penonton. Bukankah latar belakang skenario dari realitas masyarakat Flobamora, settingan pementasan pun di belahan Flobamora, dan ditampilkan di tanah air Flobamora?

  • Pemain

Kalau saya mau jujur apa yang ditampilkan siswa-siswi Syuradikara sebagai pemeran teater jenis drama musikal sangatlah luar biasa. Mengingat mereka tidak mengenyam pendidikan khusus musik, atau mendapatkan kelas khusus koreografi, bahkan tidak juga mengenyam kelas khusus teater. Semuanya dilakukan sebagai bagian dari extrakurikuler. Patut diberikan dua jempol.

Masih soal pemain. Dalam drama musikal layaknya Tungku Haram ada banyak pemeran yang bisa  disoroti karena baik musik, gerak, dan peran memiliki peranan yang sama penting guna memuluskan wajah pementasan teater sukses atau tidak.

Tentang musik. Saya mesti angkat topi kepada penyanyi yang mampu menginterpretasikan lagu secara baik sehingga dapat menyuguhkan kepada penonton dengan sangat merdu bahkan memberi ornamen yang memperindah lagu. Kemampuan olah vokal menunjukkan bahwa mereka memiliki sense of music yang baik. Bahkan bukan berlebihan bila musikalitas mereka (baca : penyanyi) bisa diuji di ajang pencarian bakat.

Menyangkut pemain musik sudah cukup baik. Walau masih ada catatan pinggir bagaimana menjaga tempo serta ada beberapa part melodi yang belum sempurna dieksekusi. (pengamatan saya ketika menyaksikan Tungku Haram 3) beberapa lagu tempo masih ‘lari’ dan ada part melodi terutama di lagu When The Children Cry – belum dieksekusi dengan tenang sehingga terdengar belum sempurna. Walau secara keseluruhan sudah baik dan tidak sepenuhnya mengganggu.

Masih tentang pemain, ada para penari yang tidak hanya menari tetapi juga ada part adegan pementasan menunjukan gerakan pantomin. Untuk hal ini, baik tarian dan pantomin sudah cukup baik dipentaskan walau masih perlu menjaga kekompakan dalam gerak.

Sedangkan untuk peran. Apa yang dilakoni sudah sangat baik. Totalitas para pemeran lakon terlihat manakala ekspresi, penjiwaan, intonasi, jeritan histeris, penyiksaan, tangisan, kepedihan, tertawa sinis, kemarahan hingga penguasaan panggung sangatlah dramatik. Kalau saya bilang sudah sangat wow bila dilakukan oleh remaja yang tak mengenyam pendidikan teater. Jerit tangis kepedihan yang ditampilkan dibarengi dengan penyiksaan sudah sangat berhasil untuk menyampaikan pesan tersirat betapa tersiksa dan menderitanya korban penjualan manusia. Sebagaimana dalam sebuah adegan monolog terucap,” tentang batin yang sungguh tersiksa.”

Secara keseluruhan, boleh dikata para pemain sudah sangat luar biasa menginterpretasikan naskah dan menghidangkan kepada penonton dengan sangat gurih untuk dinikmati layaknya para pemeran profesional.


  • Sutradara

Angkat topi dan standing ovation buat sang sutradara Pater Johan Wadu, SVD sekaligus penulis naskah Tungku Haram. Sebagai seorang sutradara ia mampu mentransformasikan imajinasinya kepada para pemain sehingga baik pemain musik, penari, pantomin, hingga pemain peran, serta berbagai unsur terkait mampu berkolaborasi serta menghasilkan sebuah konfigurasi seni teater yang fantastis untuk ukuran anak SMA. Tidak hanya itu, ia mampu menemukan talenta brilian sekaligus mengkomposisikan mereka yang sekali lagi tidak mengenyam pendidikan khusus. Kalau dalam sepakbola, saya ibaratkan P. Johan Wadu sebagai pencari bakat sekaligus manajer hebat sekolah sepakbola Ajax atau La Masia yang berhasil menemukan dan melahirkan sejumlah anak-anak berbakat ke pentas sepakbola dunia dengan ‘harga’ yang lumayan sexy.  Walau saya sebenarnya ingin mengusulkan agar repertoar lagu pementasan bisa disertakan juga beberapa lagu khas Flobamora untuk dihidangkan secara internasional atau diaransemen dalam balutan etnik. Alamak! Ini tidak hanya mengangkat musik NTT untuk dihargai dirumahnya sendiri tetapi juga sekaligus mampu mengulik emosi penonton.

Harapan saya, P. Johan Wadu tidak puas sampai disini tetapi terus kepakan sayap berkeseniannya sehingga trademark Syuradikara sebagai candradimuka teater NTT bahkan Indonesia bukan sekedar impian belaka.


  • Pentas dan Properti

Pentas Tungku Haram saya kira memenuhi unsur estetika dengan segala persiapan properti yang digunakan untuk pementasan outdoor juga dekorasi yang ditampilkan. Saya melihat sudah mampu mendukung naskah pementasan. Dekoratif tidak berlebihan tapi tetap terlihat mewah. Walau disana – sini tetap masih perlu penyempurnaan. Terutama berkaitan dengan tata lampu dan tata sound. Ada beberapa adegan yang mesti kehilangan suara hanya karena tata sound yang belum memuaskan. Demikian pula dengan tata lampu masih belum ideal. Walau begitu apa yang ditunjukkan masih memenuhi unsur estetika dan masih dalam taraf kewajaran serta bisa dimaklumi. Apalagi setidaknya bumbu special efek sudah dipakai seperti asap pada Tungku raksasa.


  •  Penataan

Bicara penataan, Tungku Haram dalam catatan saya masih perlu memperhatikan detail terutama menyangkut tata rias serta tata busana agar lebih mewakili karakter peran masing-masing yang ingin ditampilkan. Walau demikian bukanlah buruk apa yang sudah ditampilkan oleh para pemeran pementasan Tungku Haram. Hanya saja terlihat masih terlalu ‘polos’ tanpa polesan. Namun kredit poin bagi para pelakon karena dengan tata rias dan tata busana yang sederhana tak lantas membuat mereka kehilangan kepercayaan diri.

Sedangkan soal tata lampu dan tata suara seperti yang sudah dibahas di poin sebelumnya. Ini mesti diperhatikan seksama agar penonton tidak kehilangan pesan yang ingin disampaikan terutama tatkala terjadi monolog atau dialog serta nyanyian. Mengingat pementasan Tungku Haram dilangsungkan outdoor.

       2. Unsur Eksternal

Bicara unsur eksternal secara keseluruhan kerja sama sutradara, staf produksi, stage manajer, designer hingga para crew Tungku Haram sudah berlangsung secara baik dan seperti sangat terlatih untuk mempersiapkan pertunjukan hanya dalam tempo singkat. Ini bagus dalam hal melatih mempersiapkan segalanya dengan kecepatan tanpa meninggalkan kualitas. Ini juga memperlihatkan bahwa secara keseluruhan imajinasi sutradara sudah termanifestasi dan menjalar ke seluruh tim. 

Secara komprehensif, pementasan Tungku Haram menurut saya berkualitas premiere. Sangatlah baik. Apalagi ukuran setingkat anak SMA. Melalui music, gerak, dan peran para siswa-siswi Syuradikara mampu menyampaikan pesan tentang betapa mengerikannya perdagangan manusia dan harus dihentikan. Menghentak kepekaan semua pihak untuk peduli pada isu human trafficking. Kemarahan 'Syuradikara' terlihat jelas ketika drama memasuki epilog.  

Satu yang pasti menyaksikan teater Tungku Haram, terlihat jelas cara elegan Syuradikara melaram. Dan sampai pada titik ini, spirit pencipta pahlawan utama rasanya masih kuat bersemayam.

Cheers 🍻

5 komentar:

  1. Terima kasih kk joe.. πŸ˜‡πŸ™

    BalasHapus
  2. Salut buat almamaterku.. Trima kasih smua yg terlibat dlm theater ini, sungguh luar biasa, keren, sungguh2 membuat yg nonton angkat jempol.. Tetap berjuang menyajikan yg terbaik.. Trima kasih buat Pak Joe kritikan untuk kemajuan theater �� Syuradikara.. God bless �� �� �� ��

    BalasHapus
  3. Joe anda luar biasa jeli,benar ada banyak hal yg masih kurang dan kamipun menyadari itu.waktu persiapan sangat mepet dan bahkan satu minggu sebelum pentas, tempat pementasan belum dapat.Artis cilik baru dipersiapakan 30 menit sebelum opening. Dan memang masih banyak kekurangan.

    BalasHapus
  4. Sudah 5 judul teater dan 9 kali pentas,yakni VERSUS 3X,SEPARUH NAPAS 1,PATAH 1,KURSI RETAK 2,TUNGKU HARAM 3X,versus 2 kali indoor, 1 x out door, lainnya out door dengan pemeran tidak kurang dari 100 orang, kalau saja ada pisau bedah anda sejak awal maka saya yakin kualitas teater akan jauh lebih bagus.

    BalasHapus